W., Anton Singgih (2009) Traumatik pada anak korban penculikan: Studi kasus di Polresta Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
02410064.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (507kB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Tindak penculikan anak akhir-akhir ini semakin marak dan menjamur di Indonesia, motifnya pun cukup beragam tidak lagi hanya karena kesulitan ekonomi, tetapi berkembang menjadi penjualan anak atau untuk menekan pihak lawan yang sedang berkonflik. Penculikan menimbulkan efek psikologis yang sangat berat bagi anak korban penculikan. Kondisi emosi dan kepribadian secara umum mengalami guncangan berat, sehingga muncul kondisi tidak seimbang. Ketidakseimbangan terjadi karena pengalaman yang diterima tidak sesuai dengan skema awal yang dimiliki, misalnya tentang figur keluarga yang tiba-tiba menghilang, membuat korban menjadi shock dan cemas. Apalagi kalau korban kemudian mengalami kekerasan fisik, akan menimbulkan tekanan psikis yang lebih besar dan menimbulkan kecemasan sosial. Dari fenomena di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Bagaimana kecemasan sosial pada anak korban penculikan; (2) Dalam situasi bagaimana kecemasan tersebut muncul; (3) Kejadian selama penculikan; (4) Perlakuan orangtua setelah penculikan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini wawancara dan observasi. Subjek yang diteliti 2 anak yang telah menjadi korban penculikan, analisa data yang digunakan deskriptif kualitatif, sedangkan keabsahan datanya menggunakan teknik triangulasi sumber kepada dua orang informan untuk masing-masing subjek.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa: (a) proses terjadinya penculikan pada anak, terjadi ketika kedua subjek diculik dalam keadaan sendiri dan jauh dari perlindungan orangtua atau orang-orang terdekatnya. RH diculik ketika berada di Velodrom sendirian yang lari dari rumahnya sedangkan TIF diculik ketika berada di sekolah yang hendak bermain dengan teman-temannya. Kedua subjek ini memiliki kondisi traumatik yang mana kondisi tersebut muncul ketika subjek dihadapkan pada situasi sosial, seperti: bertemu dengan orang yang belum dikenal, berada jauh dari rumah, ketika ada tamu yang belum dikenal di rumah serta ketika ada orang yang sedang mengawasi atau ingin mengajak subjek berbicara. Selalu ingin didampingi oleh ayah, ibu atau orang-orang terdekatnya ketika beraktivitas ke luar jauh dari rumah, karena tidak ingin peristiwa yang menimpanya terulang kembali. Adanya dukungan dari keluarga, seperti ayah, ibu, anggota keluarga yang lain. Dukungan itu berupa motivasi, nasehat, perhatian, saling menghormati dan kasih sayang. Selain itu juga adanya dukungan dari teman-teman subjek yang selalu menghibur untuk melupakan subjek pada kejadian tersebut. Daya tahan terhadap stresor RH lebih baik dari pada TIF. Sehingga, meskipun RH mengalami situasi penculikan lebih lama dari pada TIF yang tidak sampai satu hari, TIF lebih sulit menerima stresor penculikan dan berakibat pada reaksi yang dihasilkan lebih parah dari RH.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Nuqul, Fathul Lubabin | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Traumatik; Penculikan anak | ||||||
Departement: | Fakultas Psikologi > Jurusan Psikologi | ||||||
Depositing User: | Fadlli Syahmi | ||||||
Date Deposited: | 01 Dec 2022 13:52 | ||||||
Last Modified: | 01 Dec 2022 13:52 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/41982 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |