Safitri, Retno Kurnia (2022) Kewenangan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kota Denpasar dalam menangani kasus perebutan hak asuh anak. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
18210019.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Fenomena perebutan anak antara mantan suami dan mantan istri pasca perceraian sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Anak-anak dianggap sebagai objek dan barang mereka, sehingga perjuangan untuk “milik” mereka harus dilakukan. Nyatanya, konflik ini justru telah merusak dan merugikan kepentingan anak. Di tahun 2020 tercatat 5 besar kasus di UPTD PPA Kota Denpasar, termasuk kasus perebutan hak asuh anak yang menduduki peringkat kedua dengan 47 kasus, 5 besar kasus tersebut, antara lain kekerasan psikis, perebutan hak asuh anak, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan pelantaran. Sedangkan penerimaan kasus pada tahun 2021 di UPTD PPA Kota Denpasar, kasus perebutan hak asuh anak mengalami penurunan yakni 39 kasus, namun masih dalam peringkat kedua diantara 5 kasus lainnya.
Fokus penelitian ini adalah: Apa saja penyebab terjadinya perebutan hak asuh anak di Denpasar dan Bagaimana kewenangan UPTD PPA Kota Denpasar dalam menangani kasus perebutan hak asuh anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum penelitian empiris atau penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Sedangkan bahan hukum yang digunakan adalah hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat banyak penyebab terjadinya kasus perebutan hak asuh anak di Denpasar, diantaranya adalah kurangnya komitmen dalam berkeluarga, lingkungan keluarga, kurangnya penerapan pola asuh yang baik serta perekonomian. Secara pelayanan penanganan perebutan hak asuh anak oleh UPTD PPA Kota Denpasar sesuai Perda Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Pasal 9 ayat 3 telah dilaksanakan secara optimal, namun ada catatan kaki sendiri yaitu di dalam Perda tersebut terdapat reintegrasi sosial dimana keistilahan mediasi tidak ditemukan tetapi mediasi telah berjalan sebagaimana mestinya di lapangan sehingga UPTD PPA menerjemahkan reintegrasi sosial sebagai mediasi. Dengan hal tersebut, UPTD PPA Kota Denpasar kewenanganannya hanya berhenti pada upaya reintegrasi sosial atau mediasi saja, tidak berwenang dalam hal menetapkan pengasuhan anak pada salah satu pihak karena penetapan untuk pengasuhan anak kepada salah satu pihak selain ditentukan oleh Undang-Undang tetapi juga ditetapkan oleh Pengadilan.
مستخلص البحث
غبٌجًب ِب رؾذس ظب٘شح اٌشغبس عٍٝ األطفبي ث١ ٓاألصٚاط اٌغبثم١ٚ ٓاٌضٚعبد اٌغبثمبد ثعذ اٌطلق فٟ اٌؾ١بحعبَ. ٠عزجش األطفبي أغشاضُٙ ٚعٍعُٙ ، ٌزٌه ٠غت أْ ٠زُ اٌىفبػ ِٓ أعً "اِزلوُٙ". فٟ اٌٛالع ، ٌمذ أضش ٘زا اٌصشاع ثبٌفعً ٚأضش ثّصبٌؼ األطفبي. فٟ عبَ 0202 ، وبٔذ ٕ٘بن 5 لضب٠ب وج١شح فٟ ِذ٠ٕخ د٠ٕجبعبس PPA UPTD ،
ثّب فٟ رٌه ؽبالد اٌمزبي ِٓ أعً ؽضبٔخ األطفبي اٌزٟ اؽزٍذ اٌّشرجخ اٌضبٔ١خ ِع 74 ؽبٌخ ،ٚ أُ٘ 5 ؽبالد ، ثّب فٟ رٌه اٌعٕف إٌفغٟ ، ٚاالعز١لء عٍٝ ؽضبٔخ األطفبي ، ٚاٌعٕف اٌغغذٞ ، ٚاٌعٕف اٌغٕغٟ ، ٚاإلّ٘بي. ٚفٟ اٌٛلذ ٔفغٗ ، فئْ لجٛي اٌؾبٌخ فٟ عبَ 0202
فٟ City Denpasar PPA UPTD ، أخفضذ ؽبالد اٌمزبي عٍٝ ؽضبٔخ األطفبي ثّمذاس 93 ؽبٌخ ، ٌىٕٙب ال رضاي فٟ اٌّشرجخ اٌضبٔ١خ ِٓ ث١ ٓ5 ؽبالد أخشٜ. ٠شوض ٘زا اٌجؾش عٍٝ: ِب ٟ٘ أعجبة إٌضبي ِٓ أعً ؽضبٔخ األطفبي فٟ د٠ٕجبعبسٚ و١ف ٟ٘ عٍطخ City Denpasar PPA UPTD فٟ اٌزعبًِ ِع ؽبالد االعز١لء عٍٝ ؽضبٔخ األطفبي. ٘زا إٌٛع ِٓ اٌجؾش ٘ٛ ثؾش رغش٠جٟ فٟ لبْٔٛ اٌجؾش أٚ اٌجؾش اٌّ١ذأٟ ثبعزخذاَ ٔٙظ ٚصفٟ ٔٛعٟ. فٟ ؽ١ ٓأْ اٌّٛاد اٌمبٔٛٔ١خ اٌّغزخذِخ ٟ٘ اٌمبْٔٛ األعبعٟٚ اٌّٛاد اٌمبٔٛٔ١خ اٌضبٔٛ٠خ. رش١ش ٔزبئظ ٘زٖ اٌذساعخ إٌٝ أْ ٕ٘بن اٌعذ٠ذ ِٓ األعجبة ٌؾبالد إٌضبي ِٓ أعًؽضبٔخ األطفبي فٟ د٠ٕجبعبس ، ثّب فٟ رٌه عذَ االٌزضاَ فٟ األعشح ٚاٌج١ئخ األعش٠خ ٚعذَ رطج١ك أّٔبط األثٛح اٌغ١ذح ٚااللزصبد. ف١ّب ٠زعٍك ثبٌخذِخ ، رُ رٕف١ز ِعبٌغخ إٌضبي ِٓ أعًؽضبٔخ األطفبي ِٓ لجً PPA UPTDِ ذ٠ٕخ دٔجبعبس ٚفمًب ٌلئؾخ ِذ٠ٕخ د٠ٕجبعبس سلُ 7ٌ عبَ 0227 ثشأْ ؽّب٠خ إٌغبء ٚاألطفبي ضؾب٠ب اٌعٕف ِٓ اٌّبدح 3 اٌفمشح 9 عٍٝ إٌؾٛ األِضً ، ٌٚىٓ ٕ٘بن ؽبش١خ عفٍ١خ ، ٚثبٌزؾذ٠ذ فٟ اٌٍٛائؼ اإللٍ١ّ١خ ، ٕ٘بن إعبدح دِظاعزّبعٟ ؽ١ش ٌُ ٠زُ اٌعضٛس عٍٝ ِصطٍؼ اٌٛعبطخ ٌٚىٓ اٌٛعبطخ وبٔذ رعًّ ثشىً صؾ١ؼ فٟ ٘زا اٌّغبي ثؾ١ش رزشعُ PPA UPTD إعبدح اإلدِبط االعزّبعٟ عٍٝ أٔٙب ٚعبطخ.
ABSTRACT
The phenomenon of fighting over children between ex-husbands and ex- wives after divorce often occurs in lifePublic. Children are considered as their objects and goods, so the struggle for their "owned" must be carried out. In fact, this conflict has actually damaged and harmed the interests of children. In 2020, there were 5 big cases in the Denpasar City UPTD PPA, including cases of fighting for child custody which was ranked second with 47 cases, the top 5 cases, including psychological violence, seizure of child custody, physical violence, sexual violence, and neglect. . Meanwhile, case acceptance in 2021 at UPTD PPA Denpasar City, cases of fighting over child custody decreased by 39 cases, but still ranked second among 5 other cases.
The focus of this research is: What are the causes of the struggle for child custody in Denpasar and how is the authority of UPTD PPA Denpasar City in handling cases of seizure of child custody. This type of research is empirical research law research or field research with a descriptive-qualitative approach. While the legal materials used are primary law and secondary legal materials.
The results of this study indicate that there are many causes of cases of struggle for custody of children in Denpasar, including the lack of commitment in family, family environment, lack of application of good parenting patterns and the economy. In terms of service, the handling of the struggle for child custody by the UPTD PPA Denpasar City in accordance with the Denpasar City Regulation Number 4 of 2014 concerning the Protection of Women and Children Victims of Violence Article 9 paragraph 3 has been carried out optimally, but there is a footnote, namely in the Regional Regulation there is social reintegration where the term mediation was not found but mediation has been running properly in the field so that UPTD PPA translates social reintegration as mediation. With that, the Denpasar City UPTD PPA's authority only stops at social reintegration efforts or mediation, it is not authorized in terms of assigning child care to one party because the stipulation for child care to one party is not only determined by law but is also determined by the Court.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Adityo, Rayno Dwi | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | kewenangan; UPTD PPA; perebutan hak asuh; انسهطت؛ PPA UPTD ؛ صزاع انحضاوت; authority; UPTD PPA; custody struggle | ||||||
Subjects: | 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Retno Kurnia Safitri | ||||||
Date Deposited: | 10 Nov 2022 10:14 | ||||||
Last Modified: | 10 Nov 2022 10:14 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/41302 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |