Kummala, Alvina Zulfa (2016) Discourse markers in EFL learners’ presentations. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
12320132.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
INDONESIA:
Penelitian expresi kebahasaan seperti I mean, well, and then, so, dll memunculkan beberapa istilah yang cukup sulit untuk dibedakan dan dibatasi. Sciffrin (1987) menyebutnya sebagai discourse markers, Fraser (1996) menyebutnya pragmatic markers, sedangkan yang lain menyebutnya sebagai discourse particle (Ostman, 1981), pragmatic expression (Erman, 1987 atau connective (Blackemore, 1987, 1988), fillers, dll. Akan tetapi, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah Discourse Markers (DMs) untuk menyebut expresi kebahasaan tsb. DMs dalam kajian ini berarti beberapa istilah tak bermakna yang hanya bisa dipahami melalui tanda dalam konteks atau situasi. Mereka hadir dalam suatu unjaran untuk mendukung proses interaksi, tetapi secara umum tidak menambah arti sematik tertentu terhadap suatu pesan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif terhadap penggunaan DMs pada presentasi mahasiswa bahasa inggris. Dengan menggunakan klasifikasi dari Brinton (1996) terhadap fungsi dari DMs, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) macam-macam DMs yang digunakan oleh mahasiswa bahasa inggris ketika mereka mempresentasikan proposal skripsi mereka. (2) Proses munculnya DMs yang digunakan oleh mahasiswa bahasa inggris ketika mereka mempresentasikan proposal skripsi mereka. Data penelitian dikumpulkan dari presentasi proposal skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa bahasa inggris UIN Maulana Malik ibrahim Malang.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 macam DMs yang ditemukan pada presentasi mahasiswa bahasa inggris, yaitu well, yeah okay yeah, yeah, then then yeah, what is it, and then yeah, dan okay. DMs tsb berfungsi sebagai tanda pembuka, penutup dan juga sebagai pengisi kekosongan (fillers). Itu semua tergantung pada konteks kalimat yang diujarkan. Pola yang ditemukan dalam temuan ini ialah mahasiswa tertentu cnderung menggunakan DMs yang sama selama proses presentasi. Terlebih, dari segi proses munculnya, untuk DMs yang berfungsi sebagai pengisi kekosongan (fillers), mereka muncul di tengah kalimat. Sedangkan untuk yang tidak befungsi sebagai fillers, mereka ditemukan di awal kalimat. Peneliti tidak menemukan DMs yang berada di akhor kalimat dalam konteks ini.
ENGLISH:
The investigation of linguistic expressions such as, I mean, well, and then, so, and so on, lay on various terms or labels which are frequently hard to distinguish and bounded. Sciffrin (1987) called them as discourse markers (DMs), Fraser (1996) cited them as pragmatic markers, while the others name them as discourse particle (Ostman, 1981), pragmatic expression (Erman, 1987 or connective (Blackemore, 1987, 1988), fillers, and so on. However, in this study, I use the term discourse markers to call those expressions. DMs in this study means a number of meaningless terms which only enables to be understood either thorough clues in the context and/or situation, or else by having a conventionalized pragmatic meaning mapped into them. They present in speech to support interaction but do not generally add any specific semantic meaning to the message.
This study utilized descriptive qualitative since it is conducted to have deep understanding on the use of DMs in EFL learners’ presentation. By using Brinton (1996) taxonomy on the functions of DMs, this study is aimed to describe (1)the kinds of DMs used by EFL learners when they are presenting their research proposals. (2) the occurrence of DMs used by EFL learners when they are presenting their research proposals. The data is collected from tenthesis proposal’s presentations done by the students of Maulana Malik Ibrahim State Islamic University, Malang majoring at English and Language Department on March and April 2016.
The result of the study shows that there are seven kinds of DMs found on EFL learners’ presentations, there are well, yeah okay yeah, yeah, then then yeah, what is it, and then yeah, and okay. Those DMs functions as opening markers, closing markers and fillers. It depends on the context of the utterances produced by them. The pattern found in these findings is that, a certain speaker tends to use the same DMs during the process of the presentation. In addition, in terms of occurrence, for the DMs functioning as fillers they are occupied in the middle of the sentences. While for those which do not function as fillers they commonly occupy in the beginning of the sentences. And I do not find DM occupied in the last of the sentence in this context.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Syafiyah, Syafiyah | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Discourse Markers; Mahasiswa Bahasa Inggris; Presentasi; EFL Learners; Presentations | ||||||
Departement: | Fakultas Humaniora > Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris | ||||||
Depositing User: | Zulaikha Zulaikha | ||||||
Date Deposited: | 03 Aug 2016 16:44 | ||||||
Last Modified: | 03 Aug 2016 16:44 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/4072 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |