Epistemologi Tasawuf Sunni dalam Tarekat Ash-Ṣhiddīqiyyah Al-Syādziliyyah: Studi terhadap Hadis-Hadis Tasawuf dalam Kitab Al-I’lām bi Anna At-Tasawuf Min Syarīat Al-Islām karya Abdullāh Al-Ghummārī

ABSTRAK

Selama ini dikesankan bahwa Praktek tasawuf seakan-akan tidak bersumber dari Hadis-hadis Nabi Saw, hal itu terbukti dengan seringkali dinyatakan bahwa kemunculan Tasawuf berasal dari Persia, terpengaruh oleh Mistisisme Kristen, dan diisukan sebagai hasil dari buah Pemikiran Ahli Filsafat Yunani. Hal tersebut semakin menguat karena Para Sufi sudah keluar daripada esensi Ajaran Nabi Saw dengan melakukan praktek-praktek yang bertentangan dengan Syariat Islam. Oleh karenanya Penulis terdorong untuk melakukan Penelitian terhadap Hadis-hadis tasawuf yang terdapat dalam kitab Al-I’lām Bianna Al-Tasawuf Min Syarīat Al-Islām yang ditulis oleh Abdullah al-ghummari, ketertarikan Penulis pada sosok Abdullah al-Ghummari adalah karena ia merupakan Tokoh Sufi teoritis dan praktis sekaligus sebagai salah satu Ahli Hadis diabad ke 14 Hijriyah. dalam Penelitian ini, Penulis Fokus pada dua hal yaitu menganalisa Sumber dan Metode Tasawuf Abdullah al-Ghummari, sementara tujuan daripada Penelitian ini adalah untuk mendapatkan Informasi terkait sumber hadis yang dikutip oleh Abdullah al-Ghummari dan Motode tasawufnya yang merupakan hasil daripada Pemahaman terhadap hadis-hadis tersebut.

Penelitian ini tergolong dalam penelitian library research, dengan menggunakan pendekatan Filosofis, sumber Penelitian diambil dari karya-karya Abdullah al-ghummari serta didukung dengan karya-karya lain yang relevan, Analisis data dalam Penelitian ini menggunakan Analisis data deskriptif dan Induksi-deduksi.

Sumber Hadis yang dinukil oleh Abdullah al-Ghummari adalah hadis-hadis yang terdapat dalam sumber Primer ( Al-mashādir al-ashliyyah) dan sumber sekunder ( al-mashādir al-far’iyyah) dan tentang shahih dan dhaifnya hadis menjadi perdebatan kehujjahannya diantara para ulama Naqd, sementara Metode Tasawuf Abdullah al-ghummari adalah Metode Musyāhadah dan Murāqabah yang dipahami dari hadis “ Al-Ihsan”, Metode Mujāhadah dan al-fanā’ yang dipahami dari hadis “ muhārabatullah liman ‘ādā auliyāah ”, metode Ilmu dan pemaknaan Al-qur’an secara dhahir dan Bathin yang dipahami dari hadis “ kisah Musa dan Khidir”, metode Poros Ilmu tasawuf adalah Ali yang dipahami dari hadis manāqib Ali”, dan Metode mutlak adanya ilmu hakikat yang dipahami dari hadis “ Inkar al-magrūrīn “.

مستخلص البحث

منذ زمان يقال بأن عملية التصوف لا يصدر من الحديث النبوي، و سبب هذه المشكلة قول المستشرقين بأن أصل وجود التصوف يأتي من الفارسية أو مؤثر بروحانية المسيحية أو نتيجة الفكر الفلسفي اليونانية، ومع هذا كان المتصوفون يخرجون عن الشريعة الإسلامية. ولذالك يود الباحث لتحليل الأحاديث الصوفية في كتاب " الإعلام بأن التصوف من شريعة الإسلام " للسيد عبد الله الغماري، ويختار الباحث عبد الله الغماري لأنه صوفي سواء كان نظرية وتطبيقية وكذالك يعد من المحدثين في القرن الرابع عشر هجرية. وفي هذا البحث يركز الباحث في شيئين، الأول تحليل مصادر الحديث والثاني تحليل منهجه الصوفي حول فهم الأحاديث من هذا الكتاب.

هذه الرسالة مكونة من الدراسة المكتبية بمقاربة الفيلوسوفي، والمصادر في هذه الرسالة كتب السيد عبد الله الغماري والكتب الآخر التي لها علاقة بعنوان هذه الرسالة، والتحليلية البيانية مكونة من تحليل البيانات الوصفية والإستقرائية.

ونتيجة هذه الرسالة أن الأحاديث في هذا الكتاب من المصادر الأصلية والفرعية وحكمها مختلف بين علماء نقد الحديث، وأما المنهج الصوفي لعبد الله الغماري : 1. منهج المشاهدة والمقاربة على فهم حديث " الإحسان "، 2. منهج المجاهدة والفناء على فهم حديث " محاربة الله لمن عادى أولياءه"، 3. علم الظاهر والباطن وللقرآن ظهر وبطن على فهم حديث " قصة موسى والخضر "، 4. أن عليا ابن ابي طالب أستاذ الصوفية على فهم حديث " مناقب علي "، 5. إثبات علم الحقيقة على فهم حديث " انكار المغرورين " .

ABSTRAC

It has been suggested, to this point, that the practice of Sufism does not seem to originate from the Hadiths of the Prophet Muhammad. This is supported by the fact that it is often identified that the beginning of Sufism originated in Persia, was influenced by Christian Mysticism, and was rumored to be the result of the thoughts of Greek philosophers. This claim is getting stronger and stronger because the Sufis have come out of the essence of the teachings of the Prophet Muhammad by carrying out practices that are contrary to Islamic Sharia. Therefore, the author is encouraged to conduct research on the traditions of Sufism contained in the book al-I'lām Bianna al-Tasawuf Min Syarīat al-Islām written by Abdullah al-Ghummari.

The author interested in the figure of Abdullah al-Ghummari due to he is a figure of theoretical and practical Sufi as well as one of the Hadith experts in the 14th century of Hijri. In this study, the author focuses on two things: analyzing the sources and methods of Abdullah al-Ghummari's Sufism, while the purpose of this study is to obtain information and evidence related to the sources of Hadith quoted by Abdullah al-Ghummari and his Sufism method which is the result of understanding the hadiths.
This research is classified as library research, using a philosophical approach, research sources are originated from the works of Abdullah al-Ghummari and supported by other relevant works. Data analysis in this study uses descriptive data analysis and induction-deduction method.

Sources of Hadith quoted by Abdullah al-Ghummari are the traditions enclosed in primary source (Al-Mashādir al-Ashliyyah) and secondary source (al-Mashādir al-Far'iyyah) and concerning the authentic and dhaif hadiths which the validity of the hadith is long-debated among Naad scholars. On the other side, Abdullah al-Ghummari's Sufism method is the Musyāhadah and Murāqabah which is comprehended from the “Al-Ihsan” hadith, the Mujāhadah and al-Fanā' method which is understood comprehended from the “Muhārabatullah Liman 'Ādā Auliyāah” hadith. The knowledge method and the meaning of The Qur'an is externally and spiritually understood from the hadith “The Story of Moses and Khidir”, the main method of Sufism is Ali which is understood from “the Manāqib Ali”, and the utter method of knowledge of Hakikat which is understood from the hadith “Inkar al-Magrūrīn”.