Euphemism used in President Jokowi’s political speech at the 60th Asian-African Conference Commemoration (AACC) 2015

INDONESIA:

Dalam kehidupan masyarakat, orang – orang tentu memiliki gaya berbicara yang berbeda ketika mengutarakan sesuatu. Namun, seringkali seorang pembicara menggunakan kosa kata yang kurang tepat dan membuat para pendengar merasa kurang nyaman. Berdasar dari hal tersebut, peneliti tertarik menganalisa eufemisme, yaitu penggunaan bahasa yang halus, baik, dan sopan untuk menghindari bahasa kasar guna menjaga hubungan baik antara pembicara dan pendengar. Peneliti menganalisa penggunaan eufemisme oleh presiden Jokowi pada pidato politik di KAA ke-60 tahun 2015. Penelitian ini mencoba menjawab dua rumusan masalah mengenai tipe dan gaya eufemisme yang digunakan presiden Jokowi saat pidato tersebut. Peneliti menggunakan teori eufemisme menurut Allan dan Burridge (1991).

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dalam menganalisa data berbentuk transkip pidato berisikan kata, frase, dan kalimat. Data tersebut diperoleh dari wiebsite http://www.theglobalreview.com/. Selanjutnya, data di analisa melalui beberapa tahapan yaitu kategori, analisa, dan pengambilan kesimpulan. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat enam tipe eufemisme yang telah digunakan oleh Jokowi, yaitu: 1) hiperbol, 2) litotes, 3) circumlocution, 4) abreviasi, 5) idiom, 6) synecdoche, dan terdapat satu gaya eufemisme: 1) gaya formal.

Dari penelitian ini, peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat menganalisa lebih banyak variasi pidato dari pembicara atau negara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan menarik yang berbeda dari penelitian ini. Selain itu, peneliti juga menyarankan kepada peneliti berikutnya untuk memilih subjek penelitian yang lebih menarik seperti debat politik karena para ahli debat akan lebih banyak menggunakan ungkapan eufemisme untuk memperhalus argumen – argumennya, atau menggunakan teori eufemisme yang lain untuk memperkaya data yang sudah ada.

ENGLISH:

In society, people certainly have different style in the way conveying words or information to others, but sometimes the speaker uses and says the wrong choice of words which sound strange or bad and make the listener feel unpleasant. Regarding that kind of case, in this study, the researcher is interested in analyzing euphemism, it is about using mild and polite language to prevent the harsh language in particular terms in order to protect the speaker or the receiver or both of them from possible effrontery and offence. The researcher examines euphemistic expressions used in president Jokowi’s political speech at the 60th Asian-African Conference Commemoration (AACC) 2015. This study attempts to answer two research problems about types and styles of euphemism used by president Jokowi in his speech. To solve the problems, the researcher used the theory of euphemism by Allan and Burridge (1991).

This study uses descriptive qualitative approach to analyze the data which is in the form of transcript containing euphemistic words, phrases and sentences. While the data of this study are collected from the political speech of Jokowi which the script taken from internet which is http://www.theglobalreview.com/, then the data were analyzed through the process of categorizing, analyzing, and drawing the conclusion from the result of the analysis. The main instrument of this study is the researcher himself.

The result of the study found that there were six types of euphemism used by president Jokowi: 1) hyperbole, 2) litotes, 3) circumlocution, 4) abbreviation, 5) idiom, 6) synecdoche, and one style of euphemism: 1) formal style, which investigated from all of the classification of euphemism have been explained.

From this study, the researcher suggests the further research to be more various speeches from different speakers from different states to find better and interesting result which may different from this research result. In addition, the researcher also suggests to the next researcher to select other more interesting subject such as studying political debate, since it consists of many euphemism words produced by the debaters who have to control every single words produced in order to sound smoother or mild, or to select other theory of euphemism to enrich the existing data.