Adawiyah, Robiatul (2016) Flouting maxim used by the main characters in “Focus” movie. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
12320003.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
ENGLISH:
A theory formulated by Grice (1975) as the assumption what a speaker does when s/he has a conversation is Cooperative Priciple Theory. He suggest to “make your conversational contribution such as required, at the stage at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engaged”. In an attempt to describe how the Cooperative Principle works, he formulated guidelines as he called conversational maxims. It means that the speaker should speak sincerely, relevantly, and clearly, while providing sufficient information. On the contrary, a speaker does not always speak sincerely, relevance, or clearly. Automatically, they flout the maxims when the speaker blatantly fails to observe the maxims, not with any intention of deceiving or misleading, but because the speaker wishes the addressee to look for a meaning which is different from the expressed meaning either in daily life or in the movie. This research investigated Flouting Maxim Used by the Main Characters in ‘Focus’ Movie. In this study, the writer is interested in analyzing the types of maxim and the reason of the flouting maxims in ‘Focus’ movie. The approach of this study was qualitative research since it focused on understanding language phenomena deeply. Data analysis reveals some findings covering the formulated research questions. Throughout the movie, all of the four maxims proposed by Grice were flouted by the characters of the movie. The maxims are maxim of quality, maxim of quantity, maxim of relevance and maxim of manner. Those flouted maxims generated certain implicatures/hidden meaning related to the context of each dialogue which showed the reason why the characters flout a maxim. Although some of the speakers looks like uncooperative socially since they do not deliver the meaning explicitly through their utterances, but they still give contribution to the talk exchange. In other words, the speakers are cooperative since they allow or even necessitate the hearer to derive some implicaturesfrom the flouted maxims. The speaker chooses to flout the maxim since s/he is motivated by cultural aspect that is politeness consideration. The speaker sometimes states implicitly since s/he is considered that it will be nice if it is stated implicitly such as flouting Quantity maxim to give additional information, flouting Relation maxim to imply the hidden meaning that s/he does not feel comfortable with the topic they discuss. Moreover, the speaker often flouts the Quality maxim for insulting the addressee.
INDONESIA:
Prinsip kerja sama adalah sebuah teori yang dirumuskan oleh Grice (1975) sebagai asumsi dasar terhadap apa yang dilakukan oleh seorang pembicara ketika mereka berbicara. Teorinya dirumuskan sebagai berikut “buatlah kontribusi percakapanmu seperti yang dibutuhkan, pada tingkat percakapan itu terjadi, dengan tujuan dan arah percakapan yang diterima yang mana kamu terlibat dalam percakapan tersebut. Dalam usaha untuk menggambarkan bagaimana prinsip kerja sama ini berjalan, dia merumuskan petunjuk yang dia sebut sebagai maksim percakapan yaitu maxim kuantitas, kualitas, hubungan dan cara. Maksim tersebut mengindikasikan bahwa percakapan yang efektif dan efisien adalah percakapan yang jujur,relevan dan jelas serta memberikan informasi yang cukup. Namun pada kenyataannya, seorang pembicara tidak selalu berbicara secara jujur, relevan dan jelas. Secara otomatis, pembicara melanggar maksim percakapan ketika mereka secara terang-terangan gagal untuk mematuhi maksim tanpa ada niat untuk menipu atau pun menyesatkan, tetapi karena pembicara ingin mengisyaratkan kepada pendengar untuk mencari makna tersembunyi dibalik ucapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam film. Pendekatan dari penelitian ini adalah kualitatif karena penelitian ini fokus pada pemahaman fenomena kebahasaan secara mendalam. Analisa data menunjukkan beberapa temuan mencakup rumusan masalah. Di sepanjang film, keempat maksim yang diusulkan oleh Grice dilanggar oleh para tokoh dalam film. Maksim tersebut antara lain maxim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim cara. Pelanggaran maksim-maksim tersebut menghasilkan makna tersembunyi yang berhubungan dengan konteks tiap-tiap dialog yang menunjukkan alasan mengapa pembicara melanggar maksim tertentu. Walaupun beberapa pembicara tampak tidak kooperatif secara sosial karena mereka tidak menyampaikan pesan secara eksplisit melalui ucapan mereka, tetapi mereka kooperatif karena mereka mengijinkan atau bahkan mengharuskan pendengar untuk mengambil makna tersembunyi dari maksim yang dilanggar. Pembicara kadang memilih untuk melanggar maksim karena dia terdorong oleh aspek budaya yaitu pertimbangan kesopanan. Pembicara kadang mengatakan sesuatu secara tersirat karena mereka mempertimbangkan hal itu akan lebih sopan daripada diungkapkan secara langsung seperti pelanggaran maksim kuantitas untuk menolak perintah, pelanggaran maksim hubungan untuk menyiratkan bahwa pembicara merasa tidak nyaman dengan topik yang mereka bicarakan. Selain itu, pembicara melanggar maksim kualitas untuk menghina pendengar.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Susanto, Djoko | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Flouting Maxim; Cooperative Principle; Implicature | ||||||
Depositing User: | Dian Anesti | ||||||
Date Deposited: | 03 Aug 2016 09:58 | ||||||
Last Modified: | 03 Aug 2016 09:58 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/4004 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |