Janah, Nurul (2016) Larangan-larangan dalam tradisi perkawinan masyarakat penganut aboge: Studi di Desa Sidodadi, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
12210018.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) |
Abstract
INDONESIA :
Aboge dapat dikatakan berasal dari khasanah kosakata Jawa yaitu merupakan akronim dariAlip Rebo Wage. Aboge adalah metode perhitungan/kalender Jawa untuk menentukan hari, tanggal, bulan, dan tahun Jawa.Desa Sidodadi Kecamatan Lawang ini, masyarakatnya mayoritas berasal beragama Islam dan berasal dari Suku Jawa. Sebagian besar masyarakatnya menganut sistem kepercayaan Aboge yang berasal dari ajaran kepercayaan lelur dan nenek moyang. Masyarakatnya Islam Aboge di desa ini bercampur dan menyatu dengan masyarakat Islam Nadhatul Ulama’ (NU). Meskipun begitu mereka masih mempertahankan serta menjalankan tradisi dan upacara Jawa.
Dalam penelitian ini, terdapat rumusan masalah yaitu: 1)Bagaimana pelaksanaan tradisi perkawinan di kalangan masyarakat Aboge di Desa Sidodadi, Kec. Lawang, Kab. Malang? 2)Bagaimanakah alasan masyarakat dalam mempertahankan larangan tertentu dalam perkawinan pada masyarakat Aboge di Desa Sidodadi, Kec. Lawang, Kab. Malang?. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian sosiologis (empiris) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan induktif dalam rangka analisis data lapangan. Sebagian besar dari data primer di kumpulkan dari observasi lapangan dan berhubungan langsung dengan informan yang terkait dengan bidang kajian langsung atau pun tidak. Literatur dan dokumentasi yang terkait digunakan sebagai sumber data sekunder.
Hasil penelitian ini lebih menfokuskan dan mengkaji mendalam mengenai empat tradisi larangan perkawinan dan tradisi perkawinan masyarakat Aboge, empat larangan tersebut yaitu; wase tahun/ naga tahun, satu sura, sama weton, dan dino gotong. Tradisi perkawinan adat masyarakat Aboge adalah tata cara perkawinan dari masyarakat aboge dan perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Semua aturan perkawinan adat itu boleh dilakukan apabila tidak menyalahi dari aturan perundang-undangan. Dan alasan masyarakat aboge di desa Sidodadi dari empat larangan tersebut, hanyalah untuk mendapatkan keselamatan, rizki yang lancar, dan keberkahan dari Allah SWT, yang tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat bersifat kekerabatan, adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis kebapakan atau keibuan atau keibu-bapakan, untuk kebahagiaan rumah tangga.
ENGLISH :
Aboge can be traced back from the Javanese vocabulary as the acronym for Alip Rebo Wage. Aboge is calculation method/Javanese calendar to determine Javanese day, date, month and year. Sidodadi village in Lawang sub district has majority of Moslem and coming from Javanese tribe. Most of its people has beliefs in Aboge which is a belief tenet of their ancestors. Aboge Moslem in this village is mixed with Nadhatul Ulama’ (NU) Moslem. Though they still maintain and implementing Javanese tradition and ceremony.
In this study, there are problemtic framework: 1) How does marriage tradition being implemented among Aboge people in Sidodadi village, Lawang sub district, Malang regency?2) What is the reason to maintain certain prohibition in marriage among Aboge people in Sidodadi village, Lawang sub district, Malang regency? This study is a sociological (empirical) study using qualitative descriptive method and inductive approach in its field data analysis. Most of primary data was collected from field observation and directly involved with informant who related in the reviewed matter either directly or indirectly. Literatures and documentation regarding this matter was used as secondary data sources.
Result of this study is focused and in depth reviewieng the four prohibition tradition within marriage and tradition of marriage among Aboge, these four prohibition are: wase of the year/naga tahun, one sura, equal weton, and dino gotong. Marriage tradition as custom among Aboge people is marriage processing from Aboge people and marriage that has legal impact toward the valid custom law in the community involved. All of these custom marriage rules can be done as long as it did not breach the law regulation. Reason why Aboge people in Sidodadi village avoid these prohibition were only to obtain safety, have good fortune, and blessing from Allah SWT, whereas objectives of marriage for the people according to custom law is kinship in nature, to maintain and continue the descent according to paternal or maternal or both, for the happiness of the household.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Fadil, Fadil | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Larangan; Tradisi; Perkawinan; Aboge; Prohibition; Tradition; Marriage | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Rahmatul Apriyanti | ||||||
Date Deposited: | 03 Aug 2016 10:08 | ||||||
Last Modified: | 03 Aug 2016 10:08 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/3990 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |