Model pembelajaran religiusitas berbasis pluralisme di SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung

ABSTRAK

Banyak para „ahli dan pemuka agama‟ telah berusaha dengan segala cara demi terciptanya hubungan yang mesra dan harmonis diantara umat beragama, di negeri Indonesia yang terkenal sangat pluralistik ini. Melalui tulisan-tulisan baik buku, majalah, jurnal bahkan melalui seminar dan mimbar-mimbar „khutbah‟ mereka senantiasa menyarankan akan arti pentingnya kerjasama dan dialog antar umat beragama. Untuk memperoleh keberhasilan bagi terealisasinya tujuan mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan abadi di antara orang-orang yang pada realitasnya memang memiliki agama dan iman berbeda, perlulah kiranya adanya keberanian mengajak mereka melakukan perubahan-perubahan di bidang pendidikan terutama sekali melalui kurikulumnya yang berbasis pluraisme. Sebab, melalui kurikulum seperti ini, memungkinkan untuk bisa „membongkar‟ teologi agama masing-masing yang selama ini cenderung ditampilkan secara eklusif dan dogmatis. Sebuah teologi yang biasanya hanya mengeklaim bahwa hanya agamanya yang bisa membangun kesejahteraan duniawi dan mengantar manusia dalam surga Tuhan. Pintu dan kamar surga itu pun hanya satu yang tidak bisa dibuka dan dimasuki kecuali dengan agama yang dipeluknya.

Penelitian ini dilakukan di SMA Katolik Santo Thomas Aqino Tulungagung, dimana sekolahan ini telah menggunakan model pembelajaran berbasis pluralisme. Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis deskriptif kualitatif. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan tekhnik wawancara, observasi dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian ini, peneliti telah menemukan suatu proses pembelajaran yang dilakukan di SMA Katolik Santo Thomas Aquino yang telah menggunakan model pembelajaran religiusitas (agama) berbasis pluralisme. Dimana dalam proses pembelajaran ini menggunakan metode inkuiri, dimana proses pembelajaran yang terpusat pada peserta didik. Dengan adanya model pembelajaran seperti ini sangat diharapkan bisa mencetak karakter peserta didik yang lebih menghargai dengan adanya perbedaan.