Herdiansyah, Yudho Hidayat (2022) Pandangan Ulama Kota Malang terhadap perubahan batas usia perkawinan: Studi atas Undang –Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
16210066.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) |
Abstract
ABSTRAK
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan lahir sebagai piranti hukum seluruh masyarakat mengenai perkawinan. Namun, praktiknya ditemukan berbagai kendala. Salah satu problem dari UU Perkawinan tersebut adalah maraknya perkawinan di bawah usia nikah. Kota Malang menurut Pengadilan Agama kota Malang bahwa pada tahun 2019 ada setidaknya 183 kasus pengajuan dispensasi pernikahan, hal ini menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan dibanding pada tahun 2017 terdapat 69 kasus dan tahun 2018 terdapat 82 kasus. Serta menjadi urutan nomor dua sebab terjadinya perceraian. Tujuan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan pandangan Ulama Kota Malang dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Malang tentang Perubahan Batas Usia Perkawinan Sebagai Upaya Pencegahan Perceraian.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris, karena penelitian ini dilakukan secara langsung yaitu wawancara di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Malang. Penelitian ini dijelaskan secara deskriptif mengenai informasi yang telah didapat. Metode pengumpulan data penelitianini yaitu wawancara dan dokumentasi, sedangkan metode pengolahan data dalam penelitian ini yaitu Pemeriksaan Data, Klasifikasi, Verifikasi, Analisis, dan Kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil akhir. Pertama Pembatasan Usia Perkawinan dihukumi mubah dan dapat ditinjau dengan landasan khaidah Usul Fiqih الأَصْلُ فِى الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ حَتَّى يَدُلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى التَّحْرِيْمِ.” Segala sesuatu pada dasarnya boleh, kecuali bila ada dalil yang mengharamkanya” sehingga negara sah apabila membatasinya sesuai dengan . Kedua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama dan Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Malang menyampaikan argumentasi hukum batas usia perkawinan dalam hukum Islam tidak ada batasan khusus usia untuk menikah, yang terpenting memiliki kesiapan jasmani, baligh, ekonomi, serta kematangan pemikiran. Ketiga Kematangan perasaan, artinya perasaan untuk menikah itu sudah tetap dan mantap, tidak lagi ragu-ragu antara cinta dan benci, sebagaimana yang terjadi pada anak-anak sebab pernikahan bukan permainan melainkan sebuah ibadah. Pernikahan itu membutuhkan perasaan yang seimbang dan pikiran yang tenang.
مستخلص البحث
القانون رقم ١ عام ١٩٧٤ عن النكاح الظاهر عدة الحكم لمجتمعين عن النكاح. بل، يكتشف تطبيقه المشاكل. إحدىها من ذالك القانون هي كثير النكاح تحت عمره. مدينة مالانج، عند المحكمة الدينية مدينة مالانج أن في عام ٢٠١٩ تجد ١٨٣ الأحوال لطلب الترخيص النكاح، يدل هذا الحال إرتفاعا مهما من عام ٢٠١٧ ب ٦٩ الأحوال وعام ٢٠١٨ ب ٨٢ الأحوال. ويصبح رقم الثاني لأن الطلاق. الهدف من هذا البحث هو وصف رأي علماء مدينة مالانج من المشرف الفرع نهضة العلماء ومشرف الدائرة محمدية مدينة مالانج عن تغيير حد العمر النكاح على سعي النهي الطلاق.
هذا البحث هو التجريبي لأنه يفعل مباشرة هو المقابلة في المشرف الفرع نهضة العلماء ومشرف الدائرة محمدية مدينة مالانج. يبين هذا البحث وصفيا عن الإخباري الذي ينال. الطريقة لجمع البيانات هي المقابلة والتوثيقة. أما الطريقة لمعالجة البيانات في هذا البحث هي تدقيق البيانات، التصنيف، الإثبات، التحليل، والإستنتاج.
تدل هذه حصيلة البحث: أولا، يحكم حد العمر النكاح مباحا ويستطيع ان يتفقد بدور السفلي قائدة أصول الفقه "ْالأصْلُ فِى الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ حَتَّى يَددُلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى التَّحْرِيْم". جميع الأشياء أصله مباحا إلا وجود الدليل الذي يحرمه حتى البلاد مباحا إذا حده. ثانيا، يبلغ المشرف الفرع نهضة العلماء ومشرف الدائرة محمدية مدينة مالانج الرأي الحكم عن حد العمر النكاح أن ليس حد الخاصة في الإسلام للنكاح، الأهمية هي إستعداد الجسم والبالغ والإقتصادي وسنبلة الفكر. ثالثا، سنبلة الحسي، بمعنى الحسي للنكاح ثبت وإطرد، بلا ريب بين الحب والبغض، كما يحدث في الشباب لأنه ليس اللعبة يل عبادة. يحتاج النكاح حسيا توازنا والفكر المطمئن.
ABSTRACT
Law No. 1 of 1974 concerning marriage was issued to become a legal instrument for the whole community regarding marriage. However, in practice, various obstacles were found. One of the problems regarding the Marriage Law is the prevalence of marriages under the marriageable age. According to the Malang City Religious Court, in Malang City in 2019, there were 183 cases of filing for marriage dispensation. This shows a significant increase compared to the previous year. In 2017, there were 69 cases. In 2018, there were 82 cases. In addition, Malang city is number two in terms of divorce. The purpose of this study is to describe the views of Ulama of Malang City from Nahdlatul Ulama Branch Management and Muhammadiyah Regional Management of Malang City regarding Changes in the Marriage Age Limits as an Effort to Prevent Divorce.
This research is an empirical research. This is because this research was conducted directly by interviewing Nahdlatul Ulama Branch Management and Muhammadiyah Regional Management of Malang City. Then, the information obtained is explained in descriptive form. The data collection methods of this research are interviews and documentation. Meanwhile, the data processing methods in this study are Data Examination, Classification, Verification, Analysis, and Conclusions.
The results of this study indicate the result that; First, the limitation of the age of marriage is considered permissible. It can be reviewed on the basis of the principles of Usul Fiqh الأصْلُ فِى الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ حَتَّى يَدُلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى التَّحْرِيْمِ.” Everything is basically permissible, unless there is evidence that forbids it." So, the state is legal to limit the marriage age with . Both Nahdlatul Ulama Branch Managers and Muhammadiyah Malang City Executives conveyed the legal argument that the legal age limit for marriage in Islamic law is not specific. The most important thing is having physical readiness, puberty, economy, and maturity of thought. Third, the maturity of feelings, meaning that the feeling for marriage is fixed and steady, no longer in doubt between love and hate, as happens with children. It is because marriage is not a game but a worship. Marriage requires balanced feelings and a calm mind.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Kadarisman, Ali | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Pandangan; Ulama; Batas Usia Perkawinan; Views; Cleric; Marriage Age Limits; رأي ;علماء;حد العمر النكاح | ||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012801 Pernikahan (Secara Umum) 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012821 Nikah Dini |
||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | YudhoHidayat Herdiansyah | ||||||
Date Deposited: | 05 Jul 2022 14:39 | ||||||
Last Modified: | 05 Jul 2022 14:39 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/37873 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |