# NO PUBLISH 30/3/2022# Efek terapi buah pare (momordica charantia l) terhadap pencegahan terjadinya cytoadherence dan hipoksia sel hepar pada mencit balb/c yang diinfeksi plasmodium berghei

ABSTRAK:

Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit Plasmmodium (P.falciparum, P. ovale, P. vivax, P. malariae, P. knowlesi) yang ditularkan nyamuk Anopheles betina yang mengandung Plasmodium di kelenjar liurnya. Plasmodium berkembang pada hati manusia lalu menginvasi sel darah merah sehingga timbul gejala penyakit malaria. Cytoadherence adalah peristiwa menempelnya eritrosit yang terinfeksi parasit pada permukaan endotel vaskuler saat parasit matur karena molekul adhesive di permukaan eritsosit menempel dengan molekul adhesive di permukaan pembuluh darah. Beberapa penyebab Hipoksia pada malaria adalah cytoadherence, sekuestrasi, serta anemia. Buah Pare (Momordica charantia L.) yang menjadi obat tradisional, mengandung senyawa terpenoid dan alkaloid yang berguna sebagai antimalaria. Belum ada penelitian tentang hubungan buah pare dengan cytoadherence dan hipoksia pada malaria Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah pare terhadap penurunan cytoadherence hipoksia sel hepar pada mencit Balb/c yang diinfeksi Plasmodium berghei Metode : Penelitian murni eksperimental yang dilakukan secara in vivo di laboratorium. Terdiri dua kelompok (masing-masing kelompok berisi 5 ekor mencit Balb/C yang diinfeksi P.berghei, yaitu kelompok kontrol (positif (diberikan terapi malaria) dan negatif (tidak diberi terapi apapun)) serta kelompok perlakuan (diberikan terapi ekstrak buah pare) (perlakuan 1 (dosis: 4mg/grBB), perlakuan 2 (dosis : 8mg/grBB), perlakuan 3 (dosis : 12mg/grBB) Hasil : Terdapat penurunan kejadian cytoadherence dengan hubungan yang signifikan (r = -0,917) dan dosis yang berpengaruh 12mg/grBB. Terdapat penurunan hipoksia dengan hubungan signifikan (r = -0,892) dan dosis yang berpengaruh 12mg/grBB Kesimpulan : Terapi buah pare memiliki pengaruh terhadap penurunan cytoadherence dan hipoksia sel hepar pada mencit Balb/c yang diinfeksi P.berghei dengan dosis yang berpengaruh pada 12 mg/kgBB.

ABSTRACT:

Background: Malaria is a disease caused by Plasmodium parasites (P. falciparum, P. ovale, P. vivax, P. malariae, P. knowlesi) infection often caused by the bite of female Anopheles mosquitoes which have Plasmodium parasites in their salivary glands. Plasmodium develops in the human liver and then invades red blood cells. This causes the symptoms of malaria. Cytoadherence is the adherence of erythrocytes infected by parasite on the endothelial surface of blood vessels due to mature parasites which causes adhesive molecules on the surface of erythrocytes to adhere with adhesive molecules on the endothelial surface of blood vessels. Causes of hypoxia in malaria include cytoadherence, sequestration, and anemia. Bitter melon (Momordica charantia L.), which is a traditional medicine, contains terpenoid and alkaloid substances which have anti-malarial properties. There hasn't been any study on the relationship between bitter melon and cytoadherence as well as hypoxia in malaria Objective: To understand the effect of bitter melon therapy on decreasing cytoadherence and hypoxia in hepatocytes of Balb/c mice infected with Plasmodium berghei Methods: This purely experimental research is conducted in vivo in a lab environment. There are 2 control groups, the positive control group which received anti-malarial therapy, and the negative control group which receives no therapeutic intervention. There are also 3 treatment groups, group 1 received a 4mg/gBW dose of bitter melon extract, group 2 received 8mg/gBW dose of bitter melon extract, and group 3 received 12mg/gBW dose of bitter melon extract. Each group has 5 Balb/c mice infected with P.berghei. Results: There is a decrease in cytoadherence with a significant relationship (r = -0,917) and the most effective dose is 12mg/gBW. There is also a significant decrease in hypoxia with a significant relationship (r = -0,892) and the most effective dose is 12mg/gBW Conclusion: Bitter melon therapy has a significant effect on decreasing cytoadherence and hypoxia in hepatocytes of Balb/c mice infected with P.berghei with the most significant dose of 12mg/gBW