Faktor keengganan pembudidaya dalam menunaikan Zakat Tijarah hasil budidaya ikan lele: Studi budidaya ikan lele di desa maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang

ABSTRAK

Zakat merupakan rukun Islam ke tiga setelah sholat yang mana hukumnya adalah wajib. Apabila seorang muslim tidak menjalankan salah satu rukun Islam pun dirasa kurang sempurna. Perihal zakat sangatlah tidak asing bagi Muslim terlebih masyarakat Indonesia, akan tetapi zakat yang paling umum ialah zakat fitrah yang waktu pembayarannya menjelang Idul Fitri.

Seperti kasus yang terjadi di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang yang mayoritas berprofesi sebagai pembudidaya ikan lele sejak tahun 2009. Namun hingga kini belum ditemukan pembudidaya ikan lele yang menunaikan zakat tijarah hasil budidaya ikan lele nya.
Penelitian ini adalah jenis penelitian empiris, yang dilakukan berdasarkan data-data di lapangan sebagai sumber utamanya. Jenis pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan yuridis empiris yang artinya data tersebut mengkaji sebuah hukum islam yang berlaku dan mencari fakta yang berasal dari hasil wawancara di lapangan. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah editing, classifying, veryfing, analizying dan concluding.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab keengganan pembudidaya dalam mengeluarkan zakat tijarah hasil budidaya ikan lele karena ketidaktahuan pembudidaya akan zakat tijarah. Terdapat satu responden yang hanya mengetahui saja bahwasanya ada kewajiban membayar zakat selain zakat fitrah yang harus dikeluarkan, akan tetapi sebatas tahu saja tanpa mengetahui cara dan waktu pelaksanaannya. Oleh karena itu peneliti telah mengupayakan agar pembudidaya ikan lele menunaikan zakat tijarah hasil budidaya ikan lele dengan cara memberi pengertian mengenai cara, waktu, nishab dan pelaksanaan zakat tijarah hasil budidaya ikan lele. Salah satu faktor dibalik adanya pembudidaya ikan lele enggan menunaikan zakat ialah tidak adanya sosialisasi dari pemuka agama desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang. Seharusnya pemuka agama mensosialisasikan perihal kewajiban membayar zakat maal khususnya tijarah Ketika khutbah sholat jum’at maupun khutbah sholat idul fitri dan idul adha. Karena pada saat itulah masyarakat desa Maguan berkumpul untuk melakukan ibadah, jika dilihat dari perhitungan modal awal, penghasilan dan kebutuhan, menunjukkan bahwasanya tak selalu pembudidaya ikan lele mencapai nishab meski syarat-syarat yang lain telah memenuhi kriteria sebagai muzakki

ABSTRACT

Zakat is the third pillars of Islam after praying and the law is mandatory. If the Moslem people do not implement one of pillars of Islam, their worship will be not impeccable. Zakat is thing that familiar for Moslem moreover for Indonesian but the common zakat is Zakat Fitrah when the payment time is approaching Idul Fitri Day. As case that happened in Desa Maguan, Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang where the majority of villagers is catfish cultivator since 2009. However, catfish cultivators have not been found who fulfil Zakat Tijarah for the outcome from catfish farming.

This research is kinds of empiric research that is done based on the data in the field as the main source. The type of approach used is an empirical juridical approach, which means that the data examines an applicable Islamic law and looks for facts derived from interviews in the field. While the used data processing methods are editing, classifying, verifying, analizying dan concluding.

The result of this research is showed that the factor that cause the reluctance of catfish cultivator to fulfil Zakat Tijarah from the outcome of catfish farming is lack of knowledge about Zakat Tijarah. There is one respondent who only know the existence of Zakat Tijarah, but do not know the procedure and time of Zakat Tijarah. Because of that, the researcher has strived in order cat cultivator is fulfil Zakat Tijarah by giving explanation about procedures, time, nishab and implementation of Zakat Tijarah from the outcome of catfish farming. One of the factors behind the existence of catfish farmers who are reluctant to pay zakat is the absence of socialization from religious leaders in Maguan Village, Ngajum District, Malang Regency. Religious leaders should socialize about the obligation to pay zakat maal, especially tijarah during the Friday prayer sermon and the Eid al-Fitr and Eid al-Adha prayer sermons. Because that's when the people of Maguan village gather to worship, When viewed from the calculation of initial capital, income and needs, it shows that not always catfish cultivators reach the nishab even though other conditions have met the criteria as muzakki.

مستخلص البحث

الزكاة هي الركن الثالث للإسلام بعد الصلاة يجب أن يكون القانون. إذا لم يفعل المسلمون أحد أركان الإسلام ويعتبر أقل من الكمال. قضية الزكاة ليست غريبة عن المسلمين في إندونيسيا لكن الزكاة الأكثر شيوعا هي الزكاة الفطرة وهو التنفيذ قبل عيد الفطر. كما حدث في قرية ماجوان قطر غاجوم المقاطعة مالانج, العديد من قرى ماجوان التي تعمل كمزارعين سمك السلور منذ السنة الفين وتسعٍ. لكن لا أحد يدفع تجارة الزكاة.

هذا البحث هو البحث التجري, استنادا إلى البيانات الموجودة في الحقل كمصدر رئيسي نوع النهج المستخدم هو نهج قانوني تجريبي ، مما يعني أن البيانات تفحص القانون الإسلامي المعمول به وتبحث عن الحقائق المستمدة من المقابلات في هذا المجال. وأما طريقة تحليل البيانات المستخدمة هي التحرير والتصنيف والتحقق والتحليل والاستنتاج.

نتائج هذا البحث أِظهار العوامل السببية المزارعون لا يقومون بزكاة التيجارة سلور لأنّ المزارعون لا يعرفون حول زكاة التجارة هناك مصدر واحد فقط يعرف أن هناك التزاما بدفع الزكاة إلاّ الزكاة الفطرة التي يجب دفعها, لكنهم يعرفون فقط لا يعرفون طريقة ووقت تنفيذه. لهذا السباب باحثون يحاولون الحصول على مزارعي سمك السلور تنفيذ زكاة التجارة في زراعة سمك السلور من خلال إعطاء فهم للطريقة والوقت والنشاب وتنفيذ زكاة التجارة زراعة سمك السلور. أحد العوامل الكامنة وراء وجود مزارعي سمك السلور الذين يترددون في دفع الزكاة هو غياب التنشئة الاجتماعية من الزعماء الدينيين في قرية ماجوان .