Fatwa MUI no. 37 tahun 2019 tentang pendistribusian dan pengawetan daging kurban dalam bentuk olahan: Studi Pandangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Malang

ABSTRAK

MUI pusat mengeluarkan fatwa perihal pembolehan pendistribusian dan pengawetan daging kurban dalam bentuk olahan yang kemudian dirumuskan ke dalam fatwa MUI No. 37 tahun 2019 tentang pendistribusian dan pengawetan daging kurban dalam bentuk olahan. Fatwa MUI menegaskan pendistribusian daging kurban dapat ditunda dengan diawetkan dan diolah dalam bentuk kemasan.

Pada dasarnya daging kurban disunnahkan untuk didistribusikan secara langsung, mentah dan daerah terdekat. Adapun fokus yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah pertama pandangan Nahdlatul Ulama Kota Malang terkait fatwa MUI serta pandangan Muhammadiyah Kota Malang terkait fatwa MUI perspektif maslahah mursalah Al-Ghozali.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis empiris yaitu suatu metode penelitian yang melihat norma dalam artian nyata. Pendekatan penelitian ini menggunakan yuridis sosiologis karena digunakan peneliti untuk mendeskirpsikan data yang ditemukan di lapangan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan narasumber yang berasal dari tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Malang sedangkan sumber sekunder didapat dari stadi Fatwa MUI, studi literature, dan studi kepustakaan.

Hasil dari penelitian ini adalah fatwa yang dikeluarkan oleh MUI perihal pembolehan penundaan pendistribusian daging kurban menurut Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Malang adalah sesuatu hal yang baik dan maslahah, akan tetapi ada beberapa hal yang harus ditekankan dalam fatwa tersebut yaitu pembolehan pengawetan daging kurban hanya boleh dilakukan apabila terjadi penumpukan daging kurban setelah seluruh masyarakat Kota Malang hal tersebut sejalan dengan teori maslahah mursalah Imam al-Ghozali menilai bahwa maslahah harus bersifat dloruri yang bertujuan untuk menjaga tujuan syariat (maqosidu syari’ah). Dalam hal ini adalah menjaga jiwa yang merupan tujuan syariat (maqhosid syariah), dengan cara didistribusikan dikemudian hari ketika benarbenar ada yang sangat membutuhkan.

Akan tetapi hal tersebut dilaksanakan apabila terjadi penumpukan daging kurban setelah seluruh masyarakat disekitar wilayahnya telah terdistribusi agar tujuan kurban tidak hilang yaitu kebahagian bersama dengan menikmati daging kurban di hari tersebut dan tetap menjaga salah satu disyariatkannya kurban dalam Islam, maka jika penundaan tersebut dilakukan tanpa ada pendistribusian sebelumnya dapat merusak salah satu tujuan syariat (maqhosid syariah) yaitu menjaga agama atau syari’at.

ABSTRACT

The central MUI issued a fatwa regarding the distribution and preservation of sacrificial meat in the form of land which was then formulated in the MUI fatwa No. 37 of 2019 concerning the Distribution and Preservation of Sacrificial Meat in the Form of Land. The MUI fatwa emphasizes that the distribution of sacrificial meat can be delayed by preserving it and processing it in the form of packaging. Basically, sacrificial meat is sunnah to be distributed directly, raw and to the nearest area.

The focus of the discussion in this study is the first view of the Nahdlatul Ulama of Malang City regarding the MUI fatwa and the view of Muhammadiyah Malang City regarding the MUI fatwa perspective maslahah mursalah Al-Ghozali.

This study uses an empirical juridical research method, which is a research method that looks at norms in a real sense. This research approach uses sociological juridical because it is used by researchers to describe the data found in the field. The primary data sources in this study were interviews with resource persons from Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah Malang City figures, while secondary sources were obtained from the MUI Fatwa stadium, literature studies, and literature studies.

The results of this study are the fatwa issued by the MUI regarding the permitting of delaying the distribution of sacrificial meat according to Nahdlatul Ulama and Muhammadiyah Malang City is a good thing and maslahah, but there are several things that must be emphasized in the fatwa, namely allowing the preservation of sacrificial meat should only be done if there is an accumulation of sacrificial meat after all the people of Malang City, this is in line with the theory of maslahah mursalah Imam al-Ghozali assesses that maslahah must be dloruri which aims to maintain the goals of sharia (maqosidu shari'ah). In this case, it is to maintain the soul which is the goal of sharia (maqhosid sharia), by distributing it in the future when someone really needs it. However, this is carried out if there is an accumulation of sacrificial meat after all the people around the area have been distributed so that the purpose of the sacrifice is not lost, namely happiness together by enjoying the sacrificial meat on that day and still maintaining one of the provisions of the sacrifice in Islam, then if the delay is carried out without any distribution Previously, it could damage one of the objectives of the Shari'a (maqhosid syariah), namely to protect religion or Shari'ah.

مستخلص البحث

أصدرت جملس العلماء اإلندونسي املركزي فتوى عن توزيع وحفظ حلوم األضاحي يف شكل معاجل، واليت متت صياغتها يف فتوى جملس العلماء اإلندونسي رقم ّعة. وتؤكد فتوى جملس العلماء 37 لسنة 2019 عن توزيع وحفظ حلوم األضاحي املصن اإلندونسي أنه ميكن أتخري توزيع حلوم األضاحي حبفظها ومعاجلتها يف شكل تغليف. يف األساس توزع حلوم األضاحي مباشرة سنة اىل مكان قريب.

أما حمور املناقشة يف هذه الدراسة هي اراء مجعية هنضة العلماء وحممدية مبدينة ماالنج على فتوى جملس العلماء اإلندونسي. تستخدم هذه الدراسة منهج البحث القانوين التجرييب ، وهو منهج البحث ينظر إىل املعايري ابملعىن احلقيقي. ويستخدم هذا املنهج البحث علم االجتماع القانوين ألنه يستخدمه الباحث لوصف البياانت املوجودة يف اجملال. وكانت مصادر البياانت األولية يف هذه الدراسة مقابالت مع قطب هنضة العلماء وحممدية مبدينة ماالنج ، وأما مصادر اثنوية من فتوى جملس العلماء اإلندونسي ، ودراسات العلمية ، ودراسات األدب.

ونتائج هذه الدراسة يعين الفتوى تصدرها جملس العلماء اإلندونسي عن جواز أتخري توزيع حلوم األضاحي، وحسب رأي مجعية هنضة العلماء وحممدية مبدينة ماالنج أنه أمر طيب ومصاحل ، ولكن يوجد أمور جيب التأكيد عليها يف الفتوى، وهي إمنا جواز احلفظ على حلوم األضاحي إذا كان تراكم حلوم األضاحي كل سكان مدينة ماالنج ، وهذا يتوفق مع نظرية املصلحة املرسلة إلمام الغزايل أن املصلحة جيب أن تكون ضروراي اليت هتدف احلفظ على مقاصد الشريعة. و يف هذه احلالة ، فإن حفظ النفس هو مقصود من مقاصد الشريعة من خالل توزيع يف املستقبل عندما حيتاجها شخص يف شدة. ولكن يقوم به إذا كان يوجد تكدس حلوم األضاحي بعد توزيع كل الناس حول املنطقة حىت ال يضيع الغرض من األضاحي ، وهو سعادة اجلماعي من خالل االستمتاع بلحوم األضاحي يف ذلك