Khatimah, Husnul (2020) Regulasi pencatatan perkawinan di Indonesia perspektif Maqâshid Syari’ah. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
16781031.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Aturan mengenai pencatatan perkawinan telah terisolasi dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Akan tetapi aturan mengenai pencatatan perkawinan tersebut tidak disebutkan secara eksplisit baik dalam al-Qur’an maupun hadits. Karena alasan inilah pencatatan perkawinan senantiasa menimbulkan pro dan kontra. Pencatatan perkawinan bertujuan untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi para pihak yang melangsungkan perkawinan, sehingga memberikan kekuatan bukti autentik tentang telah terjadinya perkawinan dan para pihak dapat mempertahankan perkawinan tersebut kepada siapapun di hadapan hukum. Oleh karena itu dalam tulisan ini peneliti akan membahas tentang pencatatan perkawinan dalam hukum nasional dan hukum umum dan juga menganalisnya dengan maqâshid syari’ah khusus dalam bidang keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ayat 1 dan ayat 2 dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kedua ayat dalam pasal tersebut adalah komulatif bukan pilihan. Jadi setelah perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, maka dilakukanlah pencatatan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah. Dengan demikian, perkawinan tersebut sah menurut agama dan juga memiliki kekuatan hukum. Pencatatan perkawinan dipandang sebagai cara baru mengumumkan perkawinan yang mana spirit dan manifestasinya sudah ada seja masa awal Islam yaitu dilihat dari adanya tradisi mengumumkan perkawinan melalui walimah al-urs. Dengan adanya pencatatan perkawinan, maka maqâshid syari’ah dari tujuan disyari’atkannya perkawinan tersebut dapat terwujud, yaitu : mengatur hubungan antara 2 jenis jelamin, melindungi keturunan, menggapai sakinah mawaddah warahmah, melindungi (alur) nasab, melindungi agama anggota keluarga, mengorganisir aspek kelembagaan keluarga dan pengaturan aspek keuangan keluarga.
مستخلص البحث
تم عزل القواعد المتعلقة بتسجيل الزواج في المادة 2 من القانون رقم 1 لسنة 1974 بشأن الزواج. ومع ذلك ، فإن القواعد المتعلقة بتسجيل الزواج غير منصوص عليها صراحة في القرآن أو الحديث. ولهذا السبب فإن تسجيل الزواج يثير دائمًا إيجابيات وسلبيات. يهدف تسجيل الزواج إلى توفير اليقين القانوني والحماية لأطراف الزواج ، وذلك لتقديم دليل حقيقي على حدوث الزواج ويمكن للطرفين الدفاع عن الزواج لأي شخص أمام القانون. لذلك ، في هذه الورقة ، ستناقش الباحثة تسجيل الزواج في القانون الوطني والقانون العام وتحليلها أيضًا مع مقاصد الشريعة الإسلامية على وجه التحديد في مجال الأسرة
بناءً على نتائج البحث ، يمكن استنتاج أن الفقرة 1 والفقرة 2 من المادة 2 من القانون رقم 1 لسنة 1974 هما وحدتان لا ينفصلان. الآيتان الموجودتان في المقال تراكميتان وليست اختيارية. لذلك بعد أن يتم الزواج وفقًا لقانون كل دين ومعتقد ، يتم التسجيل أمام مسجل الزواج. وبالتالي ، يكون الزواج شرعيًا وفقًا للدين وله أيضًا قوة قانونية. يُنظر إلى تسجيل الزواج على أنه طريقة جديدة للإعلان عن الزيجات التي كانت روحها ومظاهرها موجودة منذ الأيام الأولى للإسلام ، وهو ما يُنظر إليه من تقليد إعلان الزيجات من خلال وليمة السر. بتسجيل الزيجات ، يمكن تحقيق مقاصد الزواج الديسياريتكنيا ، وهي: تنظيم العلاقة بين الجنسين ، وحماية النسل ، وتحقيق سكينة مودة ورحمة ، وحماية النسب ، وحماية الدين. من أفراد الأسرة وتنظيم الجوانب المتعلقة بالمؤسسات الأسرية وتنظيم الجوانب المالية للأسرة.
ABSTRACT
The rules regarding marriage registration have been isolated in Article 2 of Law Number 1 of 1974 concerning marriage. However, the rules regarding the registration of marriages are not explicitly stated in either the Qur'an or the hadith. It is for this reason that marriage registration always raises pros and cons. Marriage registration aims to provide legal certainty and protection for the parties to the marriage, so as to provide authentic evidence that the marriage has occurred and the parties can defend the marriage to anyone before the law. Therefore, in this paper, the researcher will discuss the registration of marriages in national law and general law and also analyze them with maqâshid shari'ah specifically in the family field.
Based on the results of the research, it can be concluded that paragraph 1 and paragraph 2 in Article 2 of Law Number 1 of 1974 are an inseparable unit. The two verses in the article are cumulative, not optional. So after the marriage is carried out according to the law of each religion and belief, then the registration is carried out before the Marriage Registrar. Thus, the marriage is legal according to religion and also has legal force. Marriage registration is seen as a new way of announcing marriages whose spirit and manifestations have existed since the early days of Islam, which is seen from the tradition of announcing marriages through walimah al-urs. With the registration of marriages, the maqâshid shari'ah of the purpose of disyari'atkannya marriage can be realized, namely: regulating the relationship between the two sexes, protecting offspring, achieving sakinah mawaddah warahmah, protecting (line) lineage, protecting the religion of family members, organizing aspects family institutions and the regulation of family financial aspects.
Item Type: | Thesis (Masters) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Isroqunnajah, Isroqunnajah and Sudirman, Sudirman | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Regulasi; Pencatatan Perkawinan; Maqâshid Syari’ah; التنظيم; تسجيل الزواج; مقاصد الشريعة; Regulation; Marriage Registration | |||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister al-Ahwal al-Syakhshiyyah | |||||||||
Depositing User: | Mohammad Syahriel Ar | |||||||||
Date Deposited: | 21 Jan 2022 14:48 | |||||||||
Last Modified: | 21 Jan 2022 14:48 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/33836 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |