Mahartati, Dinar Fathi (2021) Penetapan asal-usul anak hasil poligami di bawah tangan perspektif maqashid syariah Jasser Auda: Studi terhadap penetapan pengadilan agama nomor 157/Pdt.P/2016/PA.TA dan Nomor 2270/Pdt.P/2018/ PA.Sby. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
18780020.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
ABSTRAK
Fenomena maraknya masyarakat melakukan praktik perkawinan poligami di bawah tangan. Praktik perkawinan tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terkait status anak dan juga hubungan anak dengan orang tuanya. Agar anak mendapatkan pengakuan secara hukum, maka dapat ditempuh dengan pengajuan permohonan penetapan isbat nikah atau asal-usul anak ke pengadilan agama. Faktanya, penetapan asal-usul anak di pengadilan agama itu ada yang dikabulkan dan ada juga yang ditolak, hal ini seperti perkara penetapan anak di Pengadilan Agama Tulungagung dan Surabaya. Perbedaan penetapan ini membawa konsekuensi yang berbeda pula.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa persamaan dan perbedaan dasar pertimbangan hakim dalam penetapan pengadilan agama nomor 157/Pdt.P/2016/ PA.TA dan nomor 2270/Pdt. P/2018/PA.Sby tentang permohonan asal-usul anak hasil poligami di bawah tangan serta menganalisa dasar pertimbangan hakim tersebut dalam perspektif maqashid syariah Jasser Auda.
Penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif dengan mengunakan pendekatan kasus. Data didapatkan dari salinan putusan Pengadilan Agama Tulungagung dan Surabaya. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif guna memaparkan persamaan dan perbedaan dasar pertimbangan hakim dan menganalisis dasar pertimbangan hakim dalam kedua penetapan tersebut perspektif maqashid syariah Jasser Auda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengadilan Agama baik Tulungagung maupun Surabaya keduanya mempertimbangkan keabsahan perkawinan dari para pemohon, namun Pengadilan Agama Surabaya lebih berpijak pada pertimbangan yuridis pada pasal 8 dan 9 aturan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 sedangkan Pengadilan Agama Tulungagung yang dalam penetapannya mengabulkan permohonan berpijak pada pertimbangan seluruh aspek baik dari yuridis, filosofis dan sosiologis yaitu ketentuan KHI pada pasal 14-30, pendapat ulama serta kemaslahatan anak. 2) Dasar pertimbangan majelis hakim kedua pengadilan agama dalam perspektif maqashid syariah menunjukkan bahwa dasar pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Tulungagung yang mengabulkan lebih membawa kemaslahatan daripada penetapan majelis hakim Pengadilan Agama Surabaya. Penetapan Pengadilan Agama Tulungagung bertujuan perlindungan terhadap institusi keluarga dan kemaslahatan anak dalam keluarga yang pada akhirnya berpengaruh bagi kemajuan bangsa.
ABSTRACT
The phenomenon of the increasing number of people carrying out the practice of unnotarized polygamous marriage. This marriage practice raises problems, especially regarding the status of the child and also the relationship between the child and his parents. In order for the child to be legally recognized, it can be pursued by submitting an application for the determination of the marriage certificate or the child's paternity to the religious court. In fact, the determination of the child's paternity in the religious court was granted and some were rejected, similar to the case of determining child's paternity in the Tulungagung and Surabaya Religious Courts. This difference in determination has different consequences.
The purpose of this study was to analyze the similarities and differences in the basic considerations of judges in ruling religious courts number 157 / Pdt.P / 2016 / PA.TA and number 2270 / Pdt. P / 2018 / PA.Sby regarding the application for the child's paternity from unnotarized polygamy and analyzing the basis for the judge's consideration in the perspective of maqashid sharia Jasser Auda.
This research is a normative legal research using a case approach. The data was obtained from copies of the decisions of the Tulungagung and Surabaya Religious Courts. The data was analyzed using descriptive analysis techniques in order to describe the similarities and differences in the basis of judges considerations and to analyze the basis for judges considerations in the two determinations to the perspective of maqashid syariah Jasser Auda.
The results showed that: 1) both Tulungagung and Surabaya Religious Courts considered the validity of the applicants' marriages, but Surabaya Religious Courts were more based on juridical considerations in articles 8 and 9 of the Marriage Law Number 1 of 1974 while Tulungagung Religious Court which in its stipulation grants the petition based on considerations of all aspects both juridical, philosophical, and sociological, namely the provisions of the KHI in articles 14-30, the opinion of the ulama and the benefit of the child. 2) The basis for the consideration of the judges of the two religious courts in the perspective of maqashid sharia shows that the basis for the consideration of the judges of Tulungagung Religious Court is that it granted more benefits than the decision of Surabaya Religious Court panel of judges. The determination of Tulungagung Religious Court aims to protect the institution of the family and the benefit of the children in the family which in turn will affect the progress of the nation.
مستخلص البحث
كانت الظاهرة الأكثر في المجتمع هي النكاح السري من تعدد الزوجات. أثر هذا الواقع المشكلات من أحوال الولد وتعليقه بوالديه، بل احتاج الولد الاعتراف القانوني فحلت هذه المشكلة بتقديم الطلب في إثبات النكاح أو في نشأة الولد إلى المحاكم الدينية. في الحقيقة قد يكون إثبات نشأة الولد في النكاح السري من تعدد الزوجات إلى المحاكم الدينية مقبولا ويكون مردودا، كما المحاكم الدينية في سورابايا وتولونج أغونج. لذا الإختلاف بينهما يأثران النتيجة المختلفة.
كما في سبق الهدف في هذا البحث تحليل التساوي والتمييز على مداولة الحاكم في إثبات المحاكم الدينية رقم 157\Pdt.P\2016\PA.TA ورقم 2270\Pdt.P\2018\PA.Sby ) عن طلب نشأة الولد في النكاح السري من تعدد الزوجات في ضوء المقاصد الشريعة عند جاسير أودا.
فأما النوع المستخدم في هذا البحث بالقانون المعياري بمدخل دراسة الحالة. فأما البيانات من قرار المحاكم الدينية في سورابايا وتولونج أغونج. تحلل البيانات بالتحليل الوصفي لنتيجة التساوي والتمييز على مداولة الحاكم وتحليلها في ضوء المقاصد الشريعة عند جاسير أودا.
ومن ثم تدل النتيجة في هذا البحث :1) يتداول المحاكم الدينية في سورابايا وتولونج أغونج على صلاح النكاح، يتفضل المحاكم الدينية في سورابايا من الاعتبارات القانونية في فصل 8 و9 نظام النكاج رقم 1 سنة 1974 بل المحاكم الدينية في تولونج أغونج من الاعتبارات القانونية والفلسفة وسوسيولوجية وهي قرار KHI في فصل 14-30 وأراء العلماء ومصلحة الولد. 2) يدل الأساس التداولي عن كليهما في ضوء المقاصد الشريعة أن المحاكم الدينية في تولونج أغونج أكثر الفائدة من المحاكم الدينية في سورابايا. يهدف إثبات المحاكم الدينية في تولونج أغونج الحماية في الأسرة ومصلحة الولد فيها التي تأثر على تقدم البلاد.
Item Type: | Thesis (Masters) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Isroqunnajah, Isroqunnajah and Hidayah, Khoirul | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Penetapan Asal-Usul Anak; Poligami di bawah tangan; Maqashid Syariah; Determination of Child’s Paternity; Unnotarized Polygamy; Maqashid Sharia; إثبات نشأة الولد; النكاح; السري من تعدد الزوجات; المقاصد الشريعة | |||||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180113 Family Law 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180114 Human Rights Law |
|||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister al-Ahwal al-Syakhshiyyah | |||||||||
Depositing User: | Dinar Fathi Mahartati | |||||||||
Date Deposited: | 31 May 2021 13:38 | |||||||||
Last Modified: | 31 May 2021 13:38 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/27213 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |