Zabadi, Abdullah Amjad Al-Fairu (2021) Istri mengambil harta suami tanpa izin: Studi Ḥadĭṡ Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa’rūf. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
15210013.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
مستخلص البحث
أخذ الزوجة أمواؿ زوجها دوف إذنو حدثت ظاىرة يف زمن النيب دمحم ملسو هيلع هللا ىلص. كاف يف احلديث ، أوضح النيب دمحم ملسو هيلع هللا ىلص ذلند أنو جيب أف أيخذ أمواؿ زوجها بطريقة معروؼ. وىذا يدؿ على أف ىذه ادلشكلة قد مت الرد عليها يف احلديث النيب دمحم ملسو هيلع هللا ىلص، وىذه سلتلفة يف ىذا اليوـ وىذا العصر، أوضحت إحدى احلاالت أف الزوجة جيب أف حتصل على إساءة من زوجها بعد أف أخذ أمواؿ زوجها لسداد تكلفة أقساط رللس الوزراء هتدؼ ىذه الدراسة إىل مناقشة مدى صحة السند و ادلنت احلديث خذي ما يكفيك وولدؾ ابدلعروؼ, ما ىي اآلاثر القانونية للفلق اليت تنشأ يف احلياة األسرية عن احلديث وكيف أف دراسة احلديث احلي. يستخدـ ىذا البحث طريقة معيارية.
مع النهج الذي مت تنفيذه ىو وصفي النوعية مع مصادر البياانت يعين كتاب صحيح ادلسلم، كتاب ختريج احلديث، وكتاب شرح احلديث .أما كيفية التحليل ىي البحث مع كتب سلتلفة تتعلق ابحلديث. نتائج ىذه الدراسة: )1 )كاف احلديث صحيح من حيث السند وادلنت. أما زلتوايت احلديث منها قدرة الزوجات على أخذ أمواؿ الزوج بشروط : )أ( ضعف الزوجة يسألن الزوج, و ً )ب( األصوؿ اليت تؤخذ مو ا فقا ابلنفقة اليت يتحملها الزوج . )2 )إف األثر القانوين للحديث ىو السماح للزوجات أبخذ أمواؿ أزواجهن دوف إذف معقوؿ منو مع وجود شروط. (3 (يف دراسة احلديث احلي ، ابلتمسك بع آراء العلماء ادلعاصرين ، ظحرر على الزوجات نقل أمواؿ الزوج يف أدىن حد دوف إذف من الزوج. مث جيوز للزوجة أف َتخذ أمواؿ زوجها دوف إذف بشروط: )أ( فيها نقص يف النفقة اليت يقدمها الزوج . )ب( يتم أخذ أمواؿ الزوج بطريق معروؼ ،أي غري مفر ط.
ABSTRACT
The wife took her husband's money without permission is a phenomenon that had occurred in the time of the Prophet Muhammad SAW. At that time Hindun one of the Prophet's sahabat complained to him about her husband who was stingy. In Ḥadĭṡ, the Prophet Muhammad SAW explained to the Hindun that he should take her husband's money in a makruf way. This indicates that this problem has been answered in the Ḥadĭṡ of the Prophet Muhammad SAW.
Different in this day and age, one of the cases explained that a wife should get abuse from her husband after he took her husband's money to pay the cost of cabinet installments. This event is considered irrelevant to what happened in the time of the Prophet.
This study aims to discuss how the validity of sanad and matan Ḥadĭṡ "Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa'rūf", what are the legal implications of fiqh that arise in the domestic life of Ḥadĭṡ "Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa'rūf" and how the study of living hadith from Ḥadĭṡ "Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa'rūf".
This research uses Normative method. With the approach carried out is descriptive qualitative with data sources Ṡaḥĭḥ Muslim, Takhrij Ḥadĭṡ, and Syarah Ḥadĭṡ. As for how to analyze is by researching Ḥadĭṡ with various books related to Ḥadĭṡ book.
The results of this study: (1) Ḥadĭṡ "Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bil Ma'rūf" is a Ḥadĭṡ that shohih in terms of sanad and matannya. This can be seen from the fulfillment of the Ḥadĭṡ ṡaḥĭḥ. The contents of the hadeeth according to some of the hadiths are the ability for wives to take husband's property on the condition that: a) weak wives to ask the husband and b) The assets taken in accordance with the amount of money borne by the husband.(2) The legal implication of Ḥadĭṡ "Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bil Ma'rūf" is that wives are allowed to take their husband's property without his reasonable permission with the record that the husband is unwilling to provide for a living and the wife cannot afford to ask for it while the needs of the family must be met. (3) In the study of Living hadith, holding on to some opinions of contemporary scholars, wives are prohibited from passing on the husband's property in the slightest without the
permission of the husband. Then it is permissible for the wife to take her husband's property without permission on several conditions: a) There is a lack in the family provided by the husband. b) The property is taken in a way that is makruf, i.e. not excessive
ABSTRAK
Istri mengambil harta suami tanpa izin merupakan sebuah fenomena yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW. Ketika itu Hindun salah seorang sahabat Nabi mengadu kepada beliau tentang suaminya yang pelit. Dalam Ḥadĭṡ, Nabi Muhammad SAW menjelaskan kepada hindun agar ia mengambil harta suaminya secukupnya dengan cara yang makruf. Hal ini mengindikasikan bahwa problematika seperti ini sudah terjawab di dalam Ḥadĭṡ Nabi Muhammad SAW.
Berbeda di zaman sekarang, salah satu kasus menerangkan bahwa seorang istri harus mendapat penganiayaan dari suaminya usai ia mengambil harta suaminya untuk melunasi biaya cicilan lemari. Peristiwa ini dianggap tidak relevan dengan apa yang terjadi di zaman Nabi.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas bagaimana validitas sanad dan matan Ḥadĭṡ “Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa‟rūf”, bagaimana implikasi hukum fiqh yang muncul dalam kehidupan rumah tangga dari Ḥadĭṡ “Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa‟rūf”dan bagaimana kajian living Ḥadĭṡ dari Ḥadĭṡ “Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bilMa‟rūf”. Penelitian ini menggunakan metode Normatif. Dengan pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber data kitab Ṡaḥĭḥ Muslim, Takhrij Ḥadĭṡ, dan Syarah Ḥadĭṡ. Adapun cara menganalisis, Peneliti mengkaji Ḥadĭṡ dengan berbagai buku yang berkaitan dengan Ḥadĭṡ tersebut.
Hasil penelitian ini: (1) Ḥadĭṡ “ Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bil Ma‟rūf” adalah Ḥadĭṡ yang shohih dari segi sanad maupun matannya. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya syarat-syarat Ḥadĭṡ ṡaḥĭḥ. Adapan isi dari Ḥadĭṡ tersebut menurut beberapa kitab syarah Ḥadĭṡ diantaranya adalah kebolehan bagi istri untuk mengambil harta suami dengan syarat: a) istri lemah untuk meminta kepada suami dan b) Harta yang diambil sesuai dengan jumlah nafkah yang ditanggung suami. (2) Implikasi hukum Ḥadĭṡ “ Khuẑî Mā Yakfîki wa Waladaki bil Ma‟rūf” adalah Istri diperbolehkan mengambil harta suami tanpa seizinnya dalam jumlah yang sewajarnya dengan catatan bahwa suami tidak mau memberikan nafkah dan istri tidak sanggup untuk memintanya sedangkan kebutuhan keluarga harus dipenuhi. (3) Dalam kajian Living Ḥadĭṡ , berpegangan pada beberapa pendapat ulama kontemporer, istri dilarang mentasharrufkan harta suami sedikitpun tanpa seizin suami. Kemudian istri dibolehkan mengambil harta suami tanpa izin dengan beberapa syarat: a) Ada kekurangan dalam nafkah keluarga yang diberikan suami. b) Harta diambil dengan cara yang makruf, yakni tidak berlebihan
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Hakim, M. Aunul | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | النفقة; ختريج احلديث; فقه احلديث; Family Livelihood; Takhrij al-Ḥadĭṡ; Fiqh al-Ḥadĭṡ; Nafkah; Takhrij al-Ḥadĭṡ; Fiqh al-Ḥadĭṡ | ||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180113 Family Law 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180199 Law not elsewhere classified |
||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Abdullah Amjad Al-Fairu Zabadi | ||||||
Date Deposited: | 22 Apr 2021 11:25 | ||||||
Last Modified: | 22 Apr 2021 11:25 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/26656 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |