A'la, Nur Afifah Izatul (2021) Penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar menurut ahli hukum ekonomi syariah di Jawa Timur. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
16220191.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK
Dinar dirham merupakan mata uang umat muslim yang pernah dipakai pada zaman Rosulluloh, hingga berakhirnya masa kejayaan islam dengan berakhirnya juga emas dan perak sebagai mata uang. Setelah emas dan perak berakhir sebagai mata uang, maka digantilah dengan uang kertas yang sampai saat ini masih digunakan. Di Indonesia terkait dengan alat tukar payung hukum hukum yang tepat adalah Undang-Undang No 7 tahun 2011 Tentang Mata uang. Rupiahlah alat pembayaran dan mata uang yang sah. Saat ini di Indonesia ada sebuah gerakan yang mencetuskan kembali penggunaan dinar dirham, tepatnya di Pasar Muamalah. Pasar ini awalnya berada di Depok dan dicetuskan oleh Ustad Zaim Saidi.
Di pasar muamalah ini bukan uang yang dijadikan sebagai alat pembayaran melainkan dinar dan dirham. Semakin maraknya penggunaan dinar dirham di beberapa Kota besar ini membuatnya menarik untuk diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni , bagaimana hukum penggunaan dinar dirham menurut ahli hukum ekonomi syariah dari segi hukum positif ? dan bagaimana hukum penggunaan dinar dirham menurut ahli hukum ekonomi syariah ditinjau dari segi hukum islam?
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris atau yuridis sosiologis (socio legal approach). Jenis sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah Purposive sample, Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur yang kemudian diolah dengan cara reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini bila dilihat dari segi hukum positif menurut para ahli ekonomi syariah berbeda-beda dalam memberi pendapat, ada yang memperbolehkan dan ada yang tidak. Yang memperbolehkan karena didasarkan pada KUHP Perdata dan Pancasila sila ke-1 dan pasal 29 UUD 1945 terkait kebebasan bermuamalah dan beribadah. Yang tidak memperbolehkan, kembali lagi kepada Undang-Undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Menurut informan bahwa yang sah menjadi alat pembayaran sekarang ini adalah Rupiah, maka kegunaan dinar dirham sebagai alat investasi. Menurut hukum islam mayoritas ahli ekonom syariah memperbolehkan karena didasarkan pada Al- qur‟an Surat Ali-Imron;75 dan Surat Yusuf yusuf; 20 yang menyebutkan istilah dinar dirham. untuk konteks Indonesia yang sekarang mayoritas menyebut bahwa ini adalah 'ayn ( real asset).
ABSTRACT
The dinar and dirham were the currency of Muslims that had been used during the Rosulluloh era, until the end of the heyday of Islam with the end of gold and silver as currency. After gold and silver ended as currency, they were replaced with banknotes which are still in use today. In Indonesia, the right legal umbrella exchange tool is Law No. 7 of 2011 on currency.Rupiah is the legal tender and currency. Currently in Indonesia there is a movement that has sparked the use of the dinar and dirham again, to be precise at Muamalah Market. This market was originally located in Depok and was initiated by Ustad Zaim Saidi.
In the muamalah market, it is not money that is used as a means of payment but dinars and dirhams. The increasing use of the dinar and dirham in several major cities makes it interesting to study. The formulation of the problem in this research is, how is the law of using dinar dirham according to sharia economic law experts in terms of positive law? and how is the law of using dinar and dirham according to sharia economic law experts in terms of Islamic law?
This research uses juridical empirical or sociological juridical research (socio legal approach). The type of sample chosen in this study was purposive sample. Data collection was carried out by semi-structured interviews which were then processed by data reduction, data presentation and conclusion/verification.
The results of this study, when viewed from a positive law perspective, according to Islamic economists vary in their opinion, some allow and some are not. What is permissible because it is based on the Civil Code, namely the agreement of the parties conducting the transaction, in which the transaction can be interpreted as a contract and may be carried out as long as no parties are harmed and Pancasila precepts 1 and article 29 of the 1945 Constitution regarding freedom of religion and worship. Those who do not allow it, return to the Currency Law, especially in relation to several articles in the Currency Law such as Article 21 Chapter V Use of the Rupiah, Article 23 Chapter VII prohibition and Article 33 Chapter X Criminal Provisions. According to the informant, the current legal means of payment is Rupiah, so the use of the dinar and dirham is not as a means of payment but as an investment tool. According to Islamic law the majority of sharia economists allow it because it is based on the Al-quran Surat dirham. The Prophet Muhammad did not prohibit its use because of the advantages that exist in gold and silver.
مستخلص البحث
كان الدينار والدرهم عملة المسلمين التي كانت تستخدم في زمن رسول الله حتى نهاية ذروة الإسلام مع انتهاء الذهب والفضة كعملة. في إندونيسيا، أداة التبادل القانوني الصحيحة هي القانون رقم 7 لعام 2011 بشأن العملة. الروبية هي العملة والعملة القانونية. يقع هذا السوق في الأصل في ديبوك وقد بدأه الأستاذ زعيم السعيدي.
تكمن صياغة المشكلة في هذا البحث في: كيف يتم قانون استخدام الدرهم وفق القانون الاقتصادي الشرعي من وجهة نظر خبراء القانون الوضعي؟ وكيف يكون قانون استخدام الدينار والدرهم وفق خبراء القانون الاقتصادي الشرعي من حيث الشريعة الإسلامية؟
يستخدم هذا البحث بحثًا قانونيًا تجريبيًا أو اجتماعيًا قانونيًا (نهج قانوني اجتماعي). كان نوع العينة التي تم اختيارها في هذه الدراسة عينة هادفة، وتم جمع البيانات من خلال مقابلات شبه منظمة والتي تمت معالجتها بعد ذلك عن طريق تقليل البيانات وعرضها والاستنتاج/التحقق.
نتائج هذه الدراسة، عند النظر إليها من منظور القانون الوضعي، تختلف باختلاف الاقتصاديين الشرعيين في رأيهم، والبعض يسمح والبعض الآخر لا. هذا مسموح به لأنه يستند إلى القانون المدني ومبادئ بانكاسيلا 1 والمادة 29 من القانون عام 1945 المتعلقة بحرية الدين والعبادة. ومن لا يسمح بذلك يعود إلى القانون رقم 7 لسنة 2011 بشأن العملة. وبحسب المخبر، فإن وسيلة الدفع القانونية الحالية هي الروبية، لذلك يستخدم الدينار الدرهم كأداة استثمار. وفقًا للشريعة الإسلامية، يسمح بها غالبية الاقتصاديين الشرعيين لأنها تستند إلى القرآن وسورة آل عمران (75) وسورة يوسف (20) الذي يذكر لفظ الدينار والدرهم. بالنسبة للسياق الإندونيسي الحالي، تقول الغالبية أن هذه "عين" (أصل حقيقي).
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Ramadhita, Ramadhita | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Dinar Dirham; Hukum Positf; Hukum Islam; Dinar Dirham; Positive Law; Islamic Law; الدينار الدرهم; القانون الوضعي; الشريعة الإسلامية | ||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180127 Mu'amalah (Islamic Commercial & Contract Law) > 18012724 Islamic Banking | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan Hukum Bisnis Syariah | ||||||
Depositing User: | Nur Afifah Izatul A'la | ||||||
Date Deposited: | 10 Jun 2021 10:37 | ||||||
Last Modified: | 10 Jun 2021 10:37 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/26599 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |