Pertimbangan Hakim tentang hak harta bagi anak angkat dan bapak angkat perspektif Fiqh Sunnah dan Kompilasi Hukum Islam: Studi di Pengadilan Agama Trenggalek

مستخلص البحث

وكما نعلم أن وضع الأطفال بالتبني والوالدين بالتبني لا يشمل الورثة، ولكن ما يحدث في هذه المحكمة الدينية ترنغغاليك أن الطفل بالتبني يعطى جزءا من الميراث على أساس وجوده أو دوره تجاه والده بالتبني.

ومن بين من يحق لهم الميراث الأطفال بالتبني والآباء بالتبني. ويرد ترتيب حقوق الملكية للأطفال المتبنين والآباء المتبنين في مجموعة الشريعة الإسلامية. وصياغة المشكلة في هذا البحث هو: ما هو حكم أملاك الأطفال المتبنين والآباء بالتبني حسب فقه السنة وتجميع الشريعة الإسلامية؟ وكيف يكون نظر القاضي في تخصيص حصة من تركة الطفل المتبنّى أو الأب المتبنّي ؟ يستخدم هذا البحث أساليب البحث التجريبية أو الميدانية والأساليب النوعية. ثم كيفية الحصول على البيانات في الميدان من خلال المقابلات والدراسات الوثائق. أثناء عملية معالجة البيانات باستخدام تقنيات التحرير والتصنيف والتحقق والتحليل والاستنتاج.

من نتائج هذه الدراسة تبين أولا، أن من تجميع الشريعة الإسلامية و فقه السنة لا تضع الأطفال بالتبني كورثة آبائهم بالتبني أو العكس. ثانياً، ينص تجميع الشريعة الإسلامية على أن بين الأطفال المتبنين والوالدين بالتبني علاقات مع بعضهما البعض. الوصايا الواجبة هي شهادة على الأقارب الذين ليس لهم ورثة في تركه المتوفى بسبب عقبة الشريعة. ويحدد تجميع الشريعة الإسلامية الوصايا الواجبة من إرادة الطفل المتبنّى بقدر 1/3 جزء من ميراث والده بالتبني الذي مات رغم عدم وجود الوصية، وكذلك الجزء المقابل من الأب بالتبني بقدر جزء 1/3 من ابنه المتبنّي الذي مات رغم عدم وجود الوصية

ABSTRACT

Status of adopted children and adoptive parents are not included as heirs, but what happened at the Trenggalek Religious Court was that adopted children were given a share of inheritance based on their existence or role towards their adoptive father. Among the people entitled to inherit property are adopted children and foster fathers.

Arrangements regarding property rights for adopted children and foster fathers are contained in the Islamic Law Compilation. The formulation of the problem in this study, namely; What are the provisions of the assets of adopted children and foster father according to Fiqh Sunnah and Islamic Law Compilation? And what is the judge's consideration in determining the portion of the adopted child's or adopted father's assets?

This research uses empirical or field research type methods and a qualitative approach. Then how to obtain data in the field through interviews and document study. Whereas in the data processing process using editing, classification, verification, analysis, and conclusion techniques.

The results of this study indicate that first, both KHI and Fiqh Sunnah do not place adopted children as heirs of their adoptive fathers or vice versa. Second, the Islamic Law Compilation (KHI) stipulates that between adopted children and adoptive parents a relationship is built with each other. Wasiat wajibah is a will which is intended for relatives who do not get part of the inheritance of the person who died, because of a legal obstacle '. KHI determines the portion of the legacy required for adoptive children as much as 1/3 of the inheritance of the adopted father who dies even though there is no will, and vice versa, the portion of the adoptive father is as much as 1/3 of the adopted child who dies even though there is no will.

The judge also considers the proportion of adopted children based on consideration of the share of the heirs who get the share certain (zawil furud) means if the judge considers part of the will the obligatory amount of 1/3 is considered unfair because it is too a lot when compared to the share the heir gets certain parts such as the portion of the deceased's wife, a maximum of 1/4 part or in other words, if the deceased leaves the child, he gets 1/8 of the share or not leaving the child gets 1/4 of the share, so the judge can determine the part that is deemed appropriate and fair for the child lift is 1/8 or 1/4 of the share not exceeding the share of the heirs who get a certain part (zawil furud).

ABSTRAK

Status anak angkat dan orang tua angkat tidaklah termasuk ahli waris, akan tetapi yang terjadi di Pengadilan Agama Trenggalek ini bahwa anak angkat diberikan bagian warisan berdasarkan eksistensi atau perannya terhadap bapak angkatnya. Diantara orang yang berhak menerima harta warisan adalah anak angkat dan bapak angkat.

Pengaturan mengenai hak harta bagi anak angkat dan bapak angkat terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu; Bagaimana perbandingan ketentuan bagian harta anak angkat dan bapak angkat menurut Fiqh Sunnah dan Kompilasi Hukum Islam? Dan bagaimana pertimbangan hakim dalam menetapkan bagian harta anak angkat atau bapak angkat?.

Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian empiris atau lapangan dan pendekatan kualitatif. Kemudian cara memperoleh data di lapangan melalui wawancara dan studi dokumen. Sedangkan dalam proses pengolahan data menggunakan teknik edit, klasifikasi, verifikasi, analisis, dan kesimpulan.

Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertama, baik KHI maupun Fiqh Sunnah sama-sama tidak menempatkan anak angkat sebagai ahli waris dari bapak angkatnya atau sebaliknya. Kedua, Kompilasi Hukum Islam (KHI) menetapkan bahwa antara anak angkat dan orang tua angkat terbina hubungan saling berwasiat. Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukan kepada kerabat yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat, karena adanya suatu halangan syara’. KHI menentukan bagian wasiat wajibah bagi anak angkat sebanyak banyaknya 1/3 bagian dari harta warisan bapak angkatnya yg meninggal dunia meski tidak ada wasiat, demikian juga sebaliknya bagian bapak angkat sebanyak banyaknya 1/3 bagian dari anak angkatnya yang meninggal dunia meski tidak ada wasiat.

Hakim juga mempertimbangkan besarnya bagian anak angkat didasarkan atas pertimbangan besarnya bagian ahli waris yang mendapatkan bagian tertentu (zawil furud) artinya apabila hakim menganggap bagian wasiat wajibah yang sebanyak banyaknya 1/3 dipandang tidak adil karena terlalu banyak jika dibandingkan dengan bagian ahli waris yang mendapatkan bagian tertentu sperti bagian istri almarhum maksimal 1/4 bagian atau dengan kata lain jika almarhum meninggalkan anak mendapat 1/8 bagian atau tidak meninggalkan anak mendapat 1/4 bagian, sehingga hakim dapat saja menentukan bagian yang dianggap layak dan adil bagi anak angkat adalah 1/8 atau 1/4 bagian yang tidak melebihi bagian ahli waris yang mendapatkan bagian tertentu (zawil furud).