مشكلة حضور ولي النسب موكّلافي إجراء عقد النكاح بقرية سوجي بمدينة كرسيك بالنظر إلى فقه الشافعية

لايتمتنفيذعقدالزواجفيقريةسوجيمنقبلالوليمن العروسنفسها،لكنحوالي 75%يوكّلالولي للآخرين،سواءكان يوكّل ولايته لأمير الزواج أوالمشايخ. منهذا الحالأمير الزواج والمشايخ كالوكيل (الذين هميحصلونعلىالتوكيل) يختلفونفيالآراءبشأنحضور ولي النسب موكلافيمجلستنفيذعقدالنكاح. بعدذلكسيتمتحليلهذهالظاهرةبالنظر إلى فقه الشافعية.

كانت مشكلاتان في هذا البحث،وهما: 1) ماأراء أمير الزواجوالمشايخ/رجال الدين في قرية سوجي عن تطبيقحضور ولي النسب بعد أن يوكّل ولايته عند عقد النكاح ؟ 2) كيف نظر فقه الشافعية عن أراء أمير الزواج والمشايخ في قرية سوجي عن تطبيق حضور ولي النسب بعد أن يوكّل ولايته عند عقد النكاح ؟.

يتمتضمينهذاالبحثفينوعالبحثالتجريبي. وهذاالبحثيستخدمالمقاربةالنوعية. مصدرالبياناتالمستخدمةهوالبياناتالأوليةفيشكلمقابلاتمعالمخبرين،ويكملهامصادرالبياناتالثانوية. وقدتمجمعالبياناتمنخلالالمقابلةوالتوثيقالدراسة. وتستخدمتقنيةالتحليلعدةمراحل،وهي: فحص البياناتوالتقسيموالتحقيقوتحليلالبياناتوالاستنتاج.

نتيجة هذا البحث يعرف أنأمير الزواجوالمشايخمعظمهم يحظر/يمنعحضور ولي النسب موكلافيإجراءعقدالنكاحلأنهيمكنأنيجعلواالنكاحغيرشرعي،لكنبعضالآخريسمحبحضوره.وبناءًعلىحكم الفقه من كتب فقه الشافعية،يسمحلوليالنسب موكلاأنيحضرفي إجراء عقد النكاح،بشرطهناكالأشخاصالحاضرينفيالمجلسأكثرمنأربعةأشخاص،حتىلايجعل الولي (الموكيل) ليكونشاهدًالأنهعاقدا.لذلكإذاكانالولي شاهدا،فيمكنأنيجعلالنكاحباطلاً. وإذاكانفيمجلسعقدالنكاحأكثرمنأربعةأشخاص،فلا يشترط لتعيينالشهودمسبقًا،لأن في فقه الشافعيةلايلزمإحضارالشاهدين بليكفيحضورهما.

Pelaksanaan akad nikah di Desa Suci tidak banyak dilakukan oleh wali dari mempelai wanita sendiri, akan tetapi sekitar 75% wali mentaukilkan kepada orang lain, baik perwaliannya diwakilkan kepada penghulu ataupun tokoh agama, dari hal tersebut penghulu dan tokoh agama yang mana sebagai wakil (orang yang menerima taukil) dari wali nikah berbeda pendapat mengenai hukum hadir nya wali nasab dalam majlis pelaksanaan akad nikah setelah mentaukilkan perwaliannya. Fenomena ini kemudian akan peneliti analisa menggunakan prespektif fiqih Madzhab Syafi’i.
Dalam penelitian ini terdapat dua rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana pendapat penghulu dan tokoh agama di Desa Suci tentang hukum hadirnya wali nasab setelah mentaukilkan perwaliannya dalam majlis akad nikah? 2) bagaimana pandangan fiqih Madzhab Syafi’i tentang pendapat penghulu dan tokoh agama di Desa Suci tentang hukum hadirnya wali nasab setelah mentaukilkan perwaliannya dalam majlis akad nikah?.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian empiris atau disebut dengan penelitian lapangan. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan yakni data primer berupa hasil wawancara dari para informan, dilengkapi dengan sumber data skunder. Pengumpulan data ditempuh dengan wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis menggunakan beberapa tahap yaitu: editing, klasifikasi, verivikasi, analisi data dan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penghulu dan tokoh agama berpendapat sebagian besar melarang hadirnya wali (muwakkil) untuk hadir di majlis akad nikah, akan tetapi sebagian lainnya memperbolehkan hadirnya wali (muwakkil) dalam majlis pelaksanaan akad nikah. Dan berdasarkan hukum Fiqih dari beberapa penjelasan kitab Fiqih Madzhab Syafi’i memperbolehkan wali nasab yang telah mentaukilkan perwaliannya kepada orang lain untuk hadir dalam majlis pelaksanaan akad nikah, dengan syarat atau ketentuan orang yang berada dalam majlis tersebut lebih dari empat orang, sehingga tidak menjadikan wali (muwakkil) untuk menjadi saksi karena pada hakikatnya wali tersebut ialah orang yang melakukan akad (aqid), maka sebab itu jika wali hadir didalam majlis sebagai saksi maka dapat menjadikan pernikahan tersebut tidak sah. Dan jika dalam majlis akad nikah dihadiri lebih dari empat orang, tidaklah disyaratkan untuk menentukan/menghadirkan terlebih dahulu siapa saksinya, karena dalam fiqih madzhab Syafi’i tidak disyaratkan menghadirkan kedua saksi, akan tetapi cukup dengan kehadiran keduanya.

The practice of the marriage contract in Suci village is not much done by the marriage guardian of the bride, however around 75% the marriage guardian gives his authority to others, whether his guardianship is represented by the headman or the religious leader. From this, the headman and religious leader which as representatives (those who receive taukil) from the marriage guardian differ in opinions regarding the law of the presence of the marriage guardian in the practice of marriage contract after giving his guardianship. This phenomenon will then be analyzed by the perspective of Shafi'i madhhab.
In this study there are two problem formulations, they are: 1) How is the opinion of the headman and religious leader in Suci Village regarding the law of marriage guardian presence in the marriage contract after giving his guardianship? 2) How is the view of the Shafi'i Madhhab about the opinion of the headman and religious leader in Suci Village regarding the law of marriage guardian presence in the marriage contract after giving his guardianship?.
This research is included in the type of empirical research or field research. This research uses a qualitative approach. The data source used are primary data and secondary data. Primary data is in the form of interviews from informants and equipped with secondary data sources. Data collection was carried out by interview and documentation. The analysis technique uses several stages, they are: editing, classification, verification, data analysis and conclusions.
The results showed that the headman and the religious leader explained most of them prohibit the presence of a marriage guardian (muwakkil) to attend the marriage contract because it can make an illegitimate marriage, but others allow the presence of a marriage guardian (muwakkil) to attend the marriage contract. And based on fiqh, from some of the explanations of the book of Shafi'i Fiqh, allow the marriage guardian who has given their guardianship to others to attend at the marriage contract, with the terms or conditions of people who are in the event more than four people, so it does not make a marriage guardian (muwakkil) become a witness because in essence the guardian is the person who made the contract (aqid), therefore, if the guardian attends the marriage contract as a witness, the marriage can be invalid. If the marriage contract is attended by more than four people, it is not required to determine the witnesses first, because in the Shafi'i madhhab, the law is not requiring to present the two witnesses, but sufficient with the presence of both.