Annas, Jauhari Zakkiy (2020) Perkawinan beda agama perspektif kebebasan beragama Abdullah Saeed: Studi di Desa Suwaru Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text
16210121.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Perkawinan beda agama merupakan sebuah keniscayaan untuk terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kondisi penduduk Indonesia yang multi-agama. Hingga hari ini ada enam agama yang diakui di Indonesia,belum lagi aliran kepercayaaan lokal yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Hal ini juga berlaku di Desa Suwaru Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang, dimana myoritas masyarakatnya penganut agama Kristen. Namun demikian, didalamnya ada juga masyarakat yang beragama Islam, Hindu, Budha dan Katholik. Sehingga perkawinan beda agama tidak dapat dipungkiri keberadaannya, erutama bagi pemeluk agama Islam dan Kristen yang jumlahnya cederung mayor di Desa Suwaru.
Adapun metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, dengan pendekatan kualitatif, Adapun hasilnya dijabarkan kedalam bentuk deskriptif analitis. Lokasi penelitian ini berada di Desa Suwaru Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Data primer didapatkan melalui wawancara terhadap aparatur desa, tokoh agama dan para pelaku perkawinan beda agama, dan data sekunder didapatkan dari buu, jurnal, skripsi, tesis yang berkaitan.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa factor yang mendorong adanya perkawinan beda adalah kondisi sosial, kasih sayang atau cinta, tingkat pendidikan, keinginan sendiri, kondisi ekonomi serta marriage by accident. Adapun model perkawinan yang terjadi di Desa Suwaru adalah melalui konversi agama baik sementara maupun selamanya. Hal ini disebabkan oleh tidak diaturnya perkawinan beda agama dalam undang-undang yang berlaku, Dispendukcapil tidak melayani perkawinan beda agama serta masyarakat enggan dirumitkan dengan prosedur Pengadilan. Pada posisi ini Kompilasi Hukum Islam sebenarnya telah secara gamblang mengatur, namun hal ini masih belum efektif berjalan ditataran masyarakat. Melihat kondisi tersebut, maka perkawinan beda agama di Desa Suwaru masih belum sesuai dengan konsep kebebasan beragama Abdullah Saeed, terlebih pada model konversi sementara. Karena hal ini dianggap tidak bertanggung jawab terhadap keputusan memeluk agama, serta melalui hal ini agama hanya sebagai batu loncatan untuk mengesahkan administrasi perkawinan dimata negara. Padahal upaya re-konstruksi makna riddah oleh Abdullah Saeed bukan untuk hal yang demikian, namun berkenaan dengan kemungkinan adanya konversi agama di zaman nation state seperti hari ini.
ENGLISH:
Interfaith marriage is a necessity to be happened in Indonesia. This is caused because the condition of Indonesian which is multi-religious. To date there are six recognized religions in Indonesia, they are not mention the flow of local beliefs which are very numerous in Indonesia. This was also happened in Suwaru Village, Pagelaran District, Malang Regency, where the majority of the society is Christian. However, there are also people who are Muslim, Hindu, Buddhist and Catholic, so that interfaith marriage can not be denied. Especially in Moslem and Christian, which the majority faith in Suwaru Village.
The research method uses a type of yuridic-empirical research, with a qualitative approach. The results is described in a descriptive analytical form. The location of this research is in Suwaru Village, Pagelaran District, Malang Regency. Primary data is obtained through interview with village official, religious leader and the society who did interfaith marriage, and secondary data is obtained from journals, theses, and related theses.
The results revealed that the factors that encourage different marriages are social conditions, affection or love, education levels, economic conditions and marriage by accident. The marriage model that occurs in Suwaru Village is through temporary and so on religious conversion. This is caused by not regulating interfaith marriages in the applicable law, Dispendukcapil does not serve interfaith marriages and people are reluctant to be complicated by court procedures. Seeing these conditions, interfaith marriages in Suwaru Village are still not in accordance with Abdullah Saeed's concept of religious freedom, especially in the temporary conversion model. Because this is considered irresponsible for the decision to embrace religion, and through this religion is only a stepping stone to authorize the administration of marriage in the eyes of the state. Whereas the effort to re-construct the meaning of riddah by Abdulla Saeed was not for such a thing, but with regard to the possibility of religious conversion in the era of the nation state as it is today.
ARABIC:
الزواج بين الأديان ضرورة في إندونيسيا. هذا يرجع إلى حالة سكان إندونيسيا متعددي الأديان. هناك حتى الآن ست ديانات معترف بها في إندونيسيا ، ناهيك عن تدفق المعتقدات المحلية التي تعد كثيرة جدًا في إندونيسيا. ينطبق هذا أيضًا على قرية سووارو ، مقاطعة فاكيلران ، مالج ، حيث غالبية السكان مسيحيون. ومع ذلك ، هناك أيضًا أشخاص من المسلمين والهندوس والبوذيين والكاثوليك ، بحيث لا يمكن إنكار زواج الأديان.
تستخدم طريقة البحث نوعًا من البحث التجريبيالبحث (الميداني) ، مع اتباع نهج نوعي ، يتم وصف النتائج في شكل تحليلي وصفي. موقع هذا البحث في قرية سووارو ، منطقة فاكيلران ، مالج. البيانات الأولية التي تم الحصول عليها من خلال المقابلات مع مسؤولي القرية والزعماء الدينيين ومرتكبي زيجات الأديان ، والبيانات الثانوية التي تم الحصول عليها من المجلات والرسائل العلمية والرسائل العلمية ذات الصلة.
كشفت النتائج أن العوامل التي تشجع الزيجات المختلفة هي الظروف الاجتماعية ، والمودة أو الحب ، ومستويات التعليم ، والظروف الاقتصادية والزواج عن طريق الصدفة. نموذج الزواج الذي يحدث في قرية سووارو هو من خلال التحول الديني مؤقت وهلم جرا. يحدث هذا بسبب عدم تنظيم زيجات الأديان في القانون المعمول به ، ولا يخدم خدمة السكان زيجات الأديان ويتردد الناس في التعقيد من خلال إجراءات المحكمة. بالنظر إلى هذه الظروف ، لا تزال الزيجات بين الأديان في قرية سووارو لا تتفق مع مفهوم عبد الله سعيد للحرية الدينية ، وخاصة في نموذج التحويل المؤقت. لأن هذا يعتبر غير مسؤول عن قرار اعتناق الدين ، ومن خلال هذا الدين هو مجرد نقطة انطلاق لإذن إدارة الزواج في أعين الدولة. في حين أن الجهود المبذولة لإعادة بناء معنى ردّة من قبل عبد الله سعيد لم يكن لهذا الشيء ، ولكن فيما يتعلق بإمكانية التحول الديني في عصر الدولة القومية كما هذا اليوم.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Sumbulah, Umi | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | perkawinan; beda agama; kebebasan beragama; marriage; interfaith; freedom of religion; الزواج ، الاختلافات الدينية ، حرية الدين | ||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180113 Family Law 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180114 Human Rights Law |
||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Jauhari Zakkiy Annas | ||||||
Date Deposited: | 09 Nov 2020 14:28 | ||||||
Last Modified: | 09 Nov 2020 14:28 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/17450 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |