Penentuan zakat dengan sistem kharsh perspektif Yusuf Qardhawy

INDONESIA:

Zakat buah-buahan merupakan hal yang menjadi perhatian Islam sejak dahulu, dalam prakteknya penghitungan nishab zakat buah-buahan menggunakan sistem kharsh, yang umumnya disebut taksiran atau perkiraan, dalam hal ini ulama’ madzhab memiliki pendapat yang berbeda tentang eksistensi sistem ini. Pendapat pertama menguatkan keabsahan sistem ini berdasarkan praktek yang dilaksakan nabi dan para sahabat, sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa hal ini tidak dapat dijadikan landasan hukum serta tidak dapat di laksanakan.

Adapun latarbelakang diatas menjadi permasalahan yang juga mesti difikirkan dalam pembahasan fiqh kontemporer yang dihasilkan dari istinbath ulama’ kekinian, maka dari itu rumusan masalah yang dapat di paparkan dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapat Yusuf Qardhawy tentang kharsh (penaksiran) dalam zakat buah-buahan? Bagaimana metode istinbath Yusuf Qardhawy dalam mengkaji kharsh (penaksiran)?

Untuk menjawab rumusan masalah diatas, diperlukan metode penelitian yang tepat, penulis menggunakan penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yang mengkaji bahan-bahan hukum baik dalam kitab-kitab klasik maupun kontemporer untuk mengkaji permasalahan dengan akurat.

Yusuf Qardhawy menggaris bawahi keabsahan sistem kharsh ini, terkait bagaimana sistem ini berlaku pada masa kini bukan semata- mata wajib dilakukan, melainkan juga memiliki ketentuannya sendiri, adapun ketentuannya terdapat pada penaksir yang harus benar-benar memiliki kompetensi taksiran yang baik atau dengan kata lain penaksir merupakan orang yang berpengalaman sesuai dengan ketententuan penaksir pada umumnya. Kemudian ia juga menyatakan bahwa sistem ini boleh dilakukan ketika pemilik tanaman benar-benar membutuhkan jasa penaksir untuk menyegerakan zakat pada tanamannya. Dalam hal ini yusuf Qardhawy juga melakukan metode istinbath hukum dalam permasalahan kharsh dengan meneliti kembali sumber hukum yang juga dilakukan ulama’ terdahulu Al-Qur’an, hadist, ijma’ dan qiyas.

ENGLISH:

The fruit Zakah has always become an Islamic concentration since many years ago, in the practice of zakah nishab calculation of fruit is used kharsh system, generally familiar with the term devision. In this case, Ulama’ has different perspectives in interpreting it. One strengthen it based on some practices aplied by prophet and his shahabat, while the others claimed that it could not be either taken or applied as the law fundamental.

The previous background of this case shoud be thought deeply as the the discussion of nowdays fiqh produced by the istinbath of nowdays ulama’, so that’s the research questions are how is Kharsh on the perspective of Yusuf Qardhawy for zakat of fruit? And how is the intinbath method of Yusuf Qardhawy in inspecting Kharsh system?

To answer those is needed the correct research. In this case, the reasercher uses the normative law research or the library research which discuss the law materials either sourced from the classical or nowdays islamic books accurately.

Yusuf Al-Qardawy underlined the legality of Kharsh system, has related to how the system occurs in nowdays era more than just an obligated rule but it has its own rule. Tha standart scale is all about the unterpreters which are totally to have a good interpretation skill or by other words, the ingerpreters who are experienced as the basic of general view. The he acclaimed that the system might have been carried out while the owner of plants do need the effort of interpreter to make hurry Zakat for their plants. In related to this case, Yusuf Qardhawy used to use the istinbath of law in applying kharsh by reviewing the source of law held ny the previous ulama’, hadits, ijma’ and qiyas.