Resiliensi pada penyintas kekerasan seksual usia remaja: Studi kasus pada anak buruh migran di kabupaten Malang

INDONESIA:

Kabupaten Malang menjadi salah satu kantong buruh migran di Provinsi Jawa Timur, yang mana didominasi oleh perempuan.Pada beberapa kecamatan, mayoritas penduduknya tercatat bekerja sebagai buruh migran, seperti Sumberpucung, Gedangan, Kalipare, Dampit, Gondanglegi, dsb.Fenomena buruh migran ini justru menimbulkan masalah bagi anggota keluarga yang ditinggal, misalnya anak. Buruh migran biasanya akan menitipkan anaknya kepada anggota keluarga lain. Bahkan, tak jarang suami dari buruh migran juga ikut bekerja untuk mencari uang ketika istrinya bekerja di luar negeri.Hal ini tentu berdampak pada pola asuh orang tua terhadap anak.Anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.Sehingga, anak cenderung berpotensi mengalami masalah di linkungannya.Lembaga Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (LP3TP2A) Kabupaten Malang mencatat bahwa kekerasan seksual berada di ranking pertama dan menimpa anak-anak atau remaja di wilayah Kabupaten Malang. Dari jumlah kasus yang ada, tidak sedikit anak buruh migran yang kemudian menjadi korban kekerasan seksual pada usia remaja. Tindakan kekerasan seksual tersebut justru dilakukan oleh orang-orang terdekatnya, seperti teman, pacar, ataupun kerabat dekat.

Tujuan dari penelitian ini yaitu menggambarkan resiliensi pada anak buruh migran yang menjadi penyintas kekerasan seksual usia remaja di Kabupaten Malang.Resiliensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk bangkit dari kondisi terpuruk. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor resiliensi yang ada pada diri subjek dan bagaimana proses resiliensi itu terjadi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus.Studi kasus dipilih karena memungkinkan peneliti untukmemahami subyek secara utuh dari sudut pandang subjek. Melalui metode ini, peneliti mengungkapkan gejala-gejala yang terjadi di lapangan melalui pengumpulan data dari subjek primer, significant other, ataupun informan.

Hasil temuan menunjukan bahwa anak buruh migran yang pernah mengalami kekerasan seksual pada usia remaja dapat bangkit dari keterpurukan masa lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya faktor-faktor resiliensi yang terdapat dalam diri subjek.Faktor-faktor tersebut terdiri atas regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis kausal, empati, efikasi diri, dan reaching out. Subjek juga mengalami proses resiliensi, berawal dari tahap succumbing (bertahan), tahap survival (mengalah), tahap recovery (pemulihan), dan tahap thriving (berkembang pesat). Puncak keberhasilan subjek terlihat ketika subjek mulai menerima masa lalunya dan memiliki optimisme terhadap masa depan. Subjek juga berhasil menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya dan bisa memaksimalkan potensi dirinya.

ENGLISH:

Malang Regency is one of the most migrant labours’ home in East Java, which is dominated by women. In some sub-districts, the majority of the population are recorded as migrant labours, such as Sumberpucung, Gedangan, Kalipare, Dampit, Gondanglegi, etc. The phenomenon of migrant labours is actually causing problems for family members who are left at home, for example their adolescent children. Migrant labours will usually entrust other family members to take care their children. In fact, it is common for the husband of a migrant labour to also work to make money when his wife works abroad. This certainly has an impact on their parenting activity. Children get less attention from parents. So, children tend to potentially experience problems in their environment. Institute of Integrated Development Services Center for Children in Malang(LP3TP2A) noted that sexual abuse was ranked first and afflicted children or adolescents in Malang Regency. Of the number of cases that exist, more children of migrant labours who later became victims of sexual abuse in their teens. The act of sexual abuse was actually carried out by the closest people, such as friends, boyfriends, or close relatives.

Purpose of this study is to describe the resilience of children of migrant labours who are survivors of adolescent sexual abuse in Malang Regency. Resilience is an ability possessed by someone to rise from the worst condition. In this study we will discuss the aspects of resilience that exist in the subject and how the resilience process occurs.

This study uses a qualitative research method with case study type. Case studies are chosen because it allows researchers to understand the subject as a whole from subject’s point of view. Through this method, researchers reveal the symptoms that occur through collecting data from primary subjects, significant others, or informants.

The result shows that migrant child laborers who have experienced sexual abuse at a young age can rise up from their traumatic past. This can be proved by the existence of aspects of resilience that found in the subjects. These aspects consist of emotional regulation, impulse control, optimism, causal analysis, empathy, self-efficacy, and reaching out. Subjects also come through a process of resilience, starting from the succumbing stage (surviving), survival stage (concession), recovery stage (recovery), and thriving stage (growing rapidly). The highlight of the subject's success was seen when the subject began to accept his past and had optimism about the future. The subject also managed to become a better person than before and could maximize his potential.