Luthfiana, Ria (2019) Cuti ‘iddah bagi wanita karier dalam pandangan pengurus Nahdlatul Ulama Kota Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
15210128.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (2MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Cuti ‘iddah merupakan sebuah gagasan dari peneliti untuk diajukan melalui hasil penelitian ini kepada pemerintah, karena pemerintah belum mengatur mengenai cuti ‘iddah dan akan dijadikan sebuah rekomendasi supaya ‘iddah memperoleh hak cuti sebagaimana hak cuti yang lain. Dalam hal wanita karier yang ditinggal mati suaminya sebagai seorang muslimah memiliki kewajiban menjalankan masa ‘iddah (masa menunggu) yang didalamnya terdapat ketentuan masa berkabung selama empat bulan sepuluh hari. Jika wanita karier dipaksa harus bekerja pada masa ‘iddah, maka sama saja wanita tersebut melanggar ajaran agama yang diyakini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pandangan pengurus Nahdlatul Ulama Kota Malang mengenai ‘iddah bagi wanita karier. Serta mendeskripsikan pandangan pengurus Nahdlatul Ulama kota Malang terhadap cuti ‘iddah bagi wanita karier.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis empiris (field research) dengan menggunakan pendekatan fenomenologi jenis kualitatif kemudian menghasilkan data deskriptif. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada informan yang telah ditentukan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Malang. Pengelolahan data dilakukan dengan cara pengeditan, pengklasifikasian, verifikasi, kemudian dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan.
Hasil yang diperoleh dari pandangan pengurus Nahdlatul Ulama Kota Malang memberikan kesimpulan bahwa : 1) ‘iddah bagi wanita karier bisa dilakukan dengan tetap melaksanakan pekerjan seperti biasanya dengan alasan keluar rumahnya karena hajat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika tidak dilakukan akan mengakibatkan kehilangan pekerjaan, karena belum adanya regulasi yang mengatur mengenai cuti ‘iddah, 2) cuti ‘iddah bagi wanita karier dalam hal hak cuti dua hari yang diatur Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagian informan mengatakan belum mewakili dan masih jauh dari ketentuan agama, akan tetapi sebagian informan berpendapat sudah memberikan hak yang sama antara lak-laki dengan perempuan. Kemudian dalam hal perlunya negara mengatur mengenai cuti ‘iddah bagi wanita karier sebagian informan menganggap perlu adanya cuti ‘iddah karena untuk memberikan hak kepada wanita karier yang sedang dalam masa ‘iddah, dan sebagian informan mengatakan tidak perlu adanya cuti ‘iddah karena menganggap wanita karier hanya melaksanakan hajat hidupnya.
ENGLISH:
An ‘iddah leave is the researcher’s idea to be proposed to the government since the government has not regulated it yet. Moreover, it is also a recommendation to be considered to get the same right of leave as other leaves. In terms of the career women whose husbands just passed away, they have an obligation as muslims to undertake an ‘iddah period (a waiting period). This period includes a condolence period for four months and ten days. Therefore, if they are forced to work in this period, it means they disobey the religion’s regulations. This study aimed to describe the perspectives of Malang Nahdlatul Ulama administrators regarding an ‘iddah period and ‘iddah leave for the career women.
In terms of the method of the study, the researcher employs an empirical juridical study (the field research) which uses descriptive qualitative phenomenology approach. Meanwhile, the data sources used are the primary and secondary data. The data gained through interviews to the informants who have been decided by the administrators of Nahdlatul Ulama in Malang. The data analyses were done in the several ways such as editing, classifying, verifying, analyzing and concluding the data.
The result of the study exhibits several conclusions as the followings: 1) the career women can still undertake an ‘iddah by working as usual for fulfilling the family’s needs, otherwise they will lose their jobs since there has not been a regulation regulating an ‘iddah leave, 2) conversing about an ‘iddah leave related to the two days leaves right regulated in the Labor Law, some informants said that those have not represented and are still far from the religion’s regulations, however the rest of the informants argued that those leaves have given the same right between man and women. Meanwhile, in terms of an ‘iddah leave for the career women, some informants considered that it is essential for giving this kind of leave for the career women. However, the rest of the informants also regarded that an ‘iddah leave is not needed considering that the career women only fulfill their life.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Hakim, M. Aunul | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | cuti ‘iddah; wanita karier; an ‘iddah leave; the career women | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Heni Kurnia Ningsih | ||||||
Date Deposited: | 06 Apr 2020 14:23 | ||||||
Last Modified: | 06 Apr 2020 14:23 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/14893 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |