Kiptiyah, Samiatul (2019) Hukum aborsi korban pemerkosaan : Analisis terhadap PP nomor 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi perspektif Fiqih Wahbah al-Zuhaili. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
15210020.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (8MB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Aborsi merupakan permasalahan yang masih menjadi kontroversi karena tak kunjung tuntas dibahas. Seiring dengan berkembangnya zaman dan terknologi yang tak lagi terkontrol ini kasus aborsi semakin banyak terjadi, khususnya di Indonesia. Salah satu faktor aborsi adalah kehamilan yang tidak diinginkan, hal ini juga mungkin berlaku bagi korban pemerkosaan, karena kehamilan tersebut bukan atas kehendaknya sehingga keinginan untuk mengugurkan sangat tinggi.
Banyaknya kasus aborsi ini perlu dikaji tentang hukumnya terutama aborsi akibat pemerkosaan. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hukum aborsi korban pemerkosaan berdasarkan analisis PP nomor 61 tahun 2014 menurut perspektif fiqih Wahbah al-Zuhaili.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang analisanya didasarkan pada sumber-sumber pustaka seperti buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan pustaka lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Menggunakan pendekatan Undang-Undang dan pendekatan konseptual. Bahan hukum primernya menggunakan PP Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan reproduksi, Fiqih Islam Wa Adillatuhu dan Konsep Darurat dalam Hukum Islam karangan Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili. Sedangkan bahan hukum pendukung lainnya adalah buku, artikel, jurnal maupun skripsi lain yang berhubungan dengan tema yang dibahas yaitu aborsi dan pemerkosaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum aborsi korban pemerkosaan menurut PP Nomor 61 Tahun 2014 adalah boleh dengan beberapa syarat, yaitu usia kandungan maksimal 40 hari, harus disertai keterangan merupakan korban pemerkosaan oleh ahlinya kemudian dilampirkan. Sedangkan hukum aborsi korban pemerkosaan menurut Wahbah al-Zuhaili adalah mubah karena terdapat unsur dharurat artinya jika tidak di gugurkan dikhawatirkan akan menyakiti jiwa, akal maupun kehormatan korban. Misalnya jika tidak diaborsi korban akan menderita dan menjadi gila atau bahkan memutuskan untuk bunuh diri.
ENGLISH:
Abortion is a problem that is still a controversy because it has not been thoroughly discussed. Along with the development of the era and uncontrolled technology, cases of abortion are increasingly prevalent, especially in Indonesia. One of the factors in abortion is an unwanted pregnancy, and this may also apply to the victims of rape because the pregnancy is not the will of the mother, so the desire to abort is very high.
This rise of abortion needs to be studied comprehensively about its law, especially abortion due to a rape victim. Therefore, the purpose of this study was to find out the law of rape victim abortion based on the analysis of PP (Government Regulation) number 61 of 2014 according to Wahbah al-Zuhaili's fiqh perspective.
This research is categorized as library research which the analysis is based on library resources such as books, legislation and other library materials related to this research. Moreover, this study used Law approach and the conceptual approach. Also, the primary legal material used in this study is PP (Government Regulation) No. 61 of 2014 about reproductive health, Islamic Fiqh Wa Adillatuhu and the Emergency Concept in Islamic Law by Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili. Meanwhile, the other supporting legal materials are books, articles, journals and other theses related to the themes discussed, namely abortion and rape.
The results explain that the law of rape victim abortion according to PP (Government Regulation) Number 61 Year 2014 was permissible under several conditions which are the maximum age of the pregnancy must be 40 days, must be completed with a statement of victims of rape by experts then attached. Meanwhile, the law of abortion of rape victims according to Wahbah al-Zuhaili is changed because there are elements of dharurat (urgency) which means that if it is not aborted, it is feared that it will hurt the soul, mind, and honor of the victim. For instance, if the fetus is not aborted the victim will suffer and become insane or even decide to commit suicide
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Sumbulah, Umi | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | aborsi; korban pemerkosaan; perlindungan hukum; abortion; rape victims; law protection | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Heni Kurnia Ningsih | ||||||
Date Deposited: | 11 Mar 2020 14:56 | ||||||
Last Modified: | 11 Mar 2020 14:56 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/14855 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |