Mastaruna, Ahmad Bagus (2019) Pernikahan beda Agama dalam Fiqh dan Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 Perspektif Hak Asasi Manusia. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
16780005.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
مستخلص البحث
إندونيسيا بلد فيه مجموعة واسعة ومتنوعة ، بما في ذلك من الدين و القبيلة والعرق وغيرها. بحيث لا يستبعد احتمال الزواج بين الأديان.
تهدف هذه الدراسة إلى فهم الزواج بين الأديان وفقًا للفقه والقانون رقم 1 لعام 1974 من منظور حقوق الإنسان ، مع التركيز على: (1) كيف يتم الزواج بين الأديان في الفقه ، (2) كيف يتم الزواج بين الأديان في القانون رقم 1 في عام 1974 ، (3) كيف يعتبر الزواج بين الأديان من منظور حقوق الإنسان
تستخدم هذه الدراسة نهجًا قانونيًا ، من خلال مراجعة وتحليل كل ما يتعلق بالمسائل القانونية التي يتم فحصها. يتم جمع المواد القانونية بواسطة طريقة التوثيق ، عن طريق جمع البيانات التي تم الحصول عليها من الكتب والمستندات والتشريعات وغيرها
تظهر نتائج الدراسة أن: 1) وهبة زحيلي تعتقد أن الزواج من خبيرة في الكتاب أمر قانوني، بشرط أن تستوفي المعايير وفقًا للإجراءات المتبعة ؛ 2) القانون رقم 1 لعام 1974 لا ينظم صراحة الزواج بين الأديان ، والتي في نهاية المطاف يتم إرجاعها إلى دياناتها ؛ 3) حقوق الإنسان هي في الأساس الطبيعة التي أعطاها الله للبشر. لأن الزواج هو أكثر حقوق الإنسان الأساسية التي لا يمكن لأحد أن يتدخل فيها. وبالتالي فإن رفض الزواج بين الأديان أمر تمييزي
ABSTRACT
Indonesia is a country with a wide variety that it has, including religion, ethnicity, race and others. So that it does not rule out the possibility of interfaith marriages.
This study aims to understand interfaith marriages according to fiqh and law number 1 of 1974 a human rights perspective, with sub-focus: (1) how is interfaith marriage in fiqh, (2) how is interfaith marriage in number 1 law in 1974, (3) how is interfaith marriage a human rights perspective.
This study uses a statutory approach, by reviewing and analyzing all that has to do with the legal issues being examined. Collection of legal materials is carried out by the documentation method, by collecting data obtained from books, documents, legislation, and others.
The results of the study show that: 1) Wahbah Zuhaili believes that marrying a woman who is an expert in the book is legal, provided that she meets the criteria in accordance with existing procedures; 2) Law number 1 of 1974 does not explicitly regulate interfaith marriages, which in the end for their validity are returned to their respective religions; 3) Human rights are basically the nature given by God to humans. Because marriage is the most basic human right that no one can intervene. Thus the refusal of interfaith marriage is discriminatory.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam yang dimilikinya, termasuk agama, suku, ras dan lain-lain. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi pernikahan antar agama.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pernikahan beda agama menurut fiqh dan undang-undang nomor 1 tahun 1974 perspektif hak asasi manusia, dengan sub fokus : (1) bagaimana pernikahan beda agama dalam fiqh, (2) bagaimana pernikahan beda agama dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974, (3) bagaimana pernikahan beda agama perspektif hak asasi manusia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan, dengan mengkaji dan menganalisis semua yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang di teliti. Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan metode dokumentasi, dengan pengumpulan data yang diperoleh dari buku, dokumen, perundang-undangan, dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Wahbah Zuhaili berpendapat bahwa menikahi perempuan ahli kitab sah saja, dengan syarat memenuhi kriteria sesuai dengan prosedur yang ada; 2) Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tidak mengatur secara eksplisit prihal pernikahan beda agama, yang pada akhirnya untuk keabsahannya dikembalikan kepada agama masing-masing; 3) Hak asasi manusia pada dasarnya merupakan kodrat yang diberikan Allah kepada manusia. Karena pernikahan merupakan hak asasi paling mendasar yng tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Demikian penolakan pernikahan beda agama merupakan tindakan yang diskriminatif.
Item Type: | Thesis (Masters) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Sumbulah, Umi and Nasrulloh, Nasrulloh | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Marriage; Different Religion; Human Rights; Pernikahan; Beda Agama; Hak Asasi Manusia | |||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Magister al-Ahwal al-Syakhshiyyah | |||||||||
Depositing User: | Mohammad Syahriel Ar | |||||||||
Date Deposited: | 16 Sep 2019 09:25 | |||||||||
Last Modified: | 16 Sep 2019 09:25 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/14668 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |