Bukhari, Al-Mahfudh (2012) Makna hadits "wadlribuhunna dlarban ghayra mubarrihin" dan implikasinya terhadap relasi suami istri: Perspektif aktivis gender UIN Maliki Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Introduction)
07210006_Pendahuluan.pdf Download (985kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Indonesia)
07210006_Indonesia.pdf Download (152kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: English)
07210006_Inggris.pdf Download (132kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Arabic)
07210006_Arab.pdf Download (417kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 1)
07210006_Bab_1.pdf Download (540kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 2)
07210006_Bab_2.pdf Download (706kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 3)
07210006_Bab_3.pdf Download (355kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 4)
07210006_Bab_4.pdf Download (868kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 5)
07210006_Bab_5.pdf Download (312kB) | Preview |
|
|
Text (References)
07210006_Daftar_pustaka.pdf Download (115kB) | Preview |
Abstract
INDONESIA:
Memahami hadist “Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin”diperlukan pemahan yang komprehensif karena hadist ini memiliki banyak makna, sehingga dalam perkembangannya, konteks teks tersebut tidak bisa diartikan memukul yang tidak dapat melukai secara fisik maupun non fisik. Pada dasarnya pernikahan disyariatkan oleh sang pencipta untuk menentramkan hati baik bagi suami maupun istri, sehingga dengan terbentuknya rumah tangga maka manusia tidak merasakan kesepian, bukan untuk saling menyakiti satu sama lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pandangan aktivis gender UIN Maliki Malang tentang hadits “Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin”, mengetahui relevansi hadits tersebut dengan hukum Islam, dan implikasinya terhadap relasi suami istri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yakni penelitian yang menekankan pada hasil pengumpulan data dari informant yang telah ditentukan.Untuk memperoleh data peneliti menggunakan metode wawancara tidak terstruktur dengan informant dengan mengunakan garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini bahwa pada dasarnya Islam memang sudah mengajarkan pada umatnya agar berbuat baiklah dalam berumah tangga dan jauhi kekerasan. Apalagi jika di lihat dari konteks hadits maka tidak semua kekerasan bisa diselesaikan dengan kekerasan. Lafadz “Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin”, tidak dapat diartikan secara teks, maka diperlukan pemaknaan dengan menggunakan aspek sosial dan budaya. Mengenai relevansinya maka hadits ini relevan saja jika dihubungkan dengan hukum Islam asal pemaknaan hadits ini tidak dalam artian memukul istri secara fisik. Sedangkan implikasinya terhadap relasi suami istri tidak boleh ada kekerasan dalam bentuk apapun dalam hubungan suami istri, karena akan tidak fair jika ada yang namanya pemukulan dalam rumah tangga, untuk itu diperlukan individu-individu sebagai anggota keluarga yang baik untuk subyek pengelola kehidupan keluarga menuju keluarga ideal.
ENGLISH:
Understanding the Hadith “Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin” necessary for a comprehensive understanding of this hadith has many meanings, so that in its development, the context of the text can not mean to hit that can not be hurt physically or non-physical. Basically marriage is prescribed by the creator for reassurance to both husband and wife, so that the formation of the human household does not feel lonely, not to hurt each other.
This study aims to assess the views of gender activists Maliki UIN Malang on the hadith “Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin”, knowing the relevance of hadith to Islamic law, and its implications for the relationship of husband and wife.
This type of research is empirical legal research, which emphasizes research on data collected from informants who have been determined. To obtain the data the researchers used unstructured interviews with informants by using the outlines of the problem in question. This study used a qualitative descriptive approach.
Results from this study that Islam is basically already taught his people to do good in the marriage and stay away from violence. Especially when viewed from the context of the hadith is not all violence can be resolved with violence. Pronunciation “Wâdlribûhunna Dlarbân Ghâyra Mubarrihin”, can not be interpreted as text, meaning it would require using a social and cultural aspects. Regarding the relevance of the hadith is relevant only if it is connected with the origin of Islamic law meaning of this hadith is not in the sense of beating his wife physically. While the implications for the relationship of husband and wife should not be any violence in any form in the marital relationship, because it would not be fair if there is such thing as a beating in the household, it is necessary for individuals as members of the family is good for the manager subject to the family ideal of family life.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Sumbulah, Umi | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Hadits; Relasi Suami Istri; Gender; Husband and Wife Relationship | ||||||
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012820 Nikah Beda Agama (Inter-Religious Marriage) | ||||||
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah | ||||||
Depositing User: | Zulaikha Zulaikha | ||||||
Date Deposited: | 17 Aug 2015 09:50 | ||||||
Last Modified: | 17 Aug 2015 09:50 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/1368 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |