Sexism in children’s literature "The Tale of Peter Rabbit and The Tale of Jemima Puddle-Duck" by Beatrix Potter

ENGLISH:

Sexism have always been an issue in literature for children. Most of the children’s literatures portray male as the character who leads the story, while female is passive. Moreover, authors or illustrators often apply lebels to characters based on their stereotypes on sex. Meanwhile, children’s literature which is considered as picturebooks provide role models for children in defining and shaping standards for feminine and masculine, behaviour, and attitudes toward women. This study examines the portrayal of sexism in Beatrix Potter’s The Tale of Peter Rabbit and The Tale of Jemima Puddle-Duck, applies Ambivalent Sexism theory by Peter Glick and Susan Fiske in order to find what attitudes of ambivalent sexism portrayed in the stories helped by additional tools to view sexism retrieved from The Council on Interracial Books for Children (2011).

The result of this study shows that sexism still occurs in children’s literature through the story lines, lifestyles, relationship between people, the hero, and loaded words, strengthen with the illustration, the effects on children’s self-image, authors’ or illustrators’ background and perspective, and copyright date. This study reveals that the children’s books portray a stereotype which promotes the notion of traditional feminine ideal which leads into some sexist treatments. This study also found ambivalent attitudes in the stories where benevolent sexism is more dominant by comparison 6:8 which identifies positive evaluations fit to protective paternalism that women need protection, complementary gender differentiation, and heterosexual intimacy with notion that female is the complementary of male. Meanwhile, the strongest hostile sexism portrayed in the story is the dominative of male toward female or heterosexual hostility. A social justification for male position is like dominative paternalism and competitive gender differentiation. It also highlights the traditional expectation that men are aggressive and authoritative while women are submissive.

INDONESIA:

Seksisme selalu menjadi masalah dalam literatur untuk anak. Sebagian besar sastra anak menggambarkan laki-laki sebagai tokoh yang memimpin cerita, sementara perempuan pasif. Selain itu, penulis atau ilustrator sering menerapkan lebel pada karakter berdasarkan stereotip mereka tentang jenis kelamin. Sementara, sastra anak yang merupakan buku bergambar berperan menyediakan model untuk anak dalam mendefinisikan dan membentuk standar feminin dan maskulin, perilaku, dan sikap terhadap perempuan. Penelitian ini meneliti tentang penggambaran seksisme dalam karya Beatrix Potter The of Peter Rabbit dan The Tale of Jemima Puddle-Duck, dengan menerapkan teori seksisme ambivalen oleh Peter Glick dan Susan Fiske untuk menemukan sikap seksisme ambivalen yang digambarkan dalam cerita tersebut yang dibantu dengan alat tambahan untuk melihat seksisme diambil dari The Council on Interracial Books for Children (2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seksisme masih terjadi dalam sastra anak melalui alur cerita, gaya hidup, hubungan antara orang, pahlawan, dan kata yang dimuat, yang diperkuat dengan ilustrasi, efek pada citra diri pada anak, latar belakang dan perspektif penulis atau ilustrator, serta tanggal hak cipta. Penelitian ini mengungkapkan bahwa buku-buku anak menggambarkan stereotip yang mempromosikan gagasan ideal feminin tradisional yang mengarah ke beberapa perlakuan seksis. Penelitian ini juga menemukan sikap ambivalen dalam cerita tersebut di mana seksisme positif (benevolent sexism) lebih dominan dengan perbandingan 6:8 yang mengidentifikasi evaluasi positif sesuai dengan paternalisme protektif bahwa perempuan membutuhkan perlindungan, diferensiasi gender komplementer, dan keintiman heteroseksual dengan anggapan bahwa perempuan adalah pelengkap laki-laki. Sementara, seksisme negatif (hostile sexism) yang paling kuat adalah dominasi laki-laki terhadap perempuan atau permusuhan heteroseksual. Pembenaran sosial untuk posisi laki-laki lebih superior seperti pada paternalisme dominatif dan diferensiasi gender yang kompetitif. Hal ini juga menyoroti pandangan tradisional bahwa laki-laki agresif dan berwibawa sementara perempuan tunduk.