Juliansyah, Indra (2013) Tradisi malem negor pada masyarakat Betawi dan relevansinya terhadap perkawinan dalam Islam: Studi di perkampungan budaya Betawi, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta-Selatan. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Introduction)
09210038 Pendahuluan.pdf Download (884kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: Indonesia)
09210038 Indonesia.pdf Download (33kB) | Preview |
|
|
Text (Abstract: English)
09210038 Inggris.pdf Download (8kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 1)
09210038 Bab 1.pdf Download (929kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 2)
09210038 Bab 2.pdf Download (978kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 3)
09210038 Bab 3.pdf Download (667kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 4)
09210038 Bab 4.pdf Download (943kB) | Preview |
|
|
Text (Chapter 5)
09210038 Bab 5.pdf Download (682kB) | Preview |
|
|
Text (References)
09210038 Daftar Pustaka.pdf Download (190kB) | Preview |
|
Other (Appendices)
09210038 Lampiran.rar Download (692kB) |
Abstract
INDONESIA:
Masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang memiliki corak dan ragam kebudayaan yang melingkupi seluruh sektor kehidupan. Salah satunya adalah upacara atau tata cara perkawinan. Di Betawi upacara perkawinan menempati posisi yang paling sakral dalam rangkaian proses kehidupan yang dijadikan falsafah bagi masyarakat Betawi, diantaranya masyarakat Betawi memiliki satu upacara tradisi yang unik yaitu tradisi Malem Negor. Tradisi Malem Negor dilaksanakan setelah resepsi pernikahan, dimana mempelai laki-laki menginap dikediaman mempelai perempuan. Walaupun pada hakikatnya kedua mempelai sudah sah, keduanya tidak boleh saling berkomunikasi dan berhubungan badan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosesi dari “Malem Negor”, selain itu juga agar dapat memahami makna-makna dari tradisi “Malem Negor” serta memahami relevansi tradisi “Malem Negor” terhadap pembaharuan perkawinan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif. Sedangkan data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi yang kemudian data tersebut diedit, diperiksa dan disusun secara cermat serta diatur sedemikian rupa yang kemudian dianalisis.
Dalam penelitian ini diperoleh tiga kesimpulan. Pertama, proses Malem Negor dilakukan untuk menjaga harga diri dan kesucian bagi pengantin perempuan. Untuk berakhirnya proses tradisi ini maka pengantin laki-laki harus bisa menaklukan hati pengantin perempuan dengan beberapa cara diantaranya adalah merayu, dan memberikan Uang Tegor. Kedua, Tradisi Malem Negor memliki makna yang sangat baik bagi pengantin laki-laki dan perempuan, tradisi ini memberi suatu arah kepada suami dan istri untuk menjaga nilai kesakralan pernikahan, dengan tahapan-tahapan yang benar, baik kesiapan lahir dan batin, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses dan tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh suami dan istri. Ketiga, Malem Negor terbagi menjadi dua zaman. Pertama pada tahun 1930 ± tradisi ini masih dikatakan bertentangan dengan hukum Islam karena bertentangan dengan tujuan pernikahan serta kaidah Islam. Sedangkan Malem Negor yang terjadi pada saat ini tidak lagi bertentangan dengan prinsip hukum Islam, tradisi ini menjadi baik karena tidak merusak dari tujuan-tujuan pernikahan dan memberi makna untuk menjaga nilai-nilai budaya, maka tradisi ini bisa dikatagorikan sebagai „urf dan mengandung kemaslahatan.
ENGLISH:
Betawi community is the community that has cultural pattern and tune that include all life sectors. One of them is the ceremony or marriage procedure. In the betawi community, the marriage ceremony occupies the most sacred position in series life process that become the philosophy of the Betawi community, Betawi community has unique tradition such as Malem Negor. The Malem Negor tradition is conducted after marriage reception, where the bridegroom stay overnight at the bridge house. Although essentially the marriage has been legal, they are prohibited to communicate and do sexual intercourse.
The research aimes at knowing the procession of Malem Negor, and understand meaning of Malem Negor tradition and understand the relevance of Malem Negor tradition to the Islamic marriage. The research used qualitative approach. While the collected data in the form of primary and secondary data are collected by interview and documentation, then the data were edited and were arranged well then were analyzed.
From the research it was obtained three conclusion. First, Malem Negor, process is done to maintain the self esteem and holiness of the bride. To end the tradition process, the bridegroom should able to conquer the bride heart by seducing or giving Uang Tegor. Second, the Malem Negor tradition has good meaning for the bride and bridegroom, the tradition give direction to the husband and wife to keep the marriage sacred values, with true steps, either physical and spiritual preparation, that all things need process and steps that should be done by husband and wife. Third, Malem Negor is divided into two era. First, about 1930s the tradition considered still against the Islamic law because oppose with the marriage goals and the Islamic faith. While Malem Negor that is occurred today is not against with the Islamic law principle, the tradition become good because do not damage the goals of marriage and give meaning to keep the cultural values, then the tradition can be categorized ad urf and contain goodness.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Keywords: | Tradisi; Malem Negor; Betawi; Tradition; Malem Negor; Betawi |
Subjects: | 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1801 Law > 180128 Islamic Family Law > 18012829 Islamic Family Issues & Local Tradition |
Departement: | Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah |
Depositing User: | Imam Rohmanu |
Date Deposited: | 04 Jul 2015 11:13 |
Last Modified: | 04 Jul 2015 11:13 |
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/132 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |