Swari, Fatimah Dewi Ratna (2018) Rhetorical devices representing power relation for group affiliation on 2016 U.S presidential debate. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
![]() |
Text (Fulltext)
13320029.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (1MB) |
Abstract
ENGLISH:
This research aims to investigate rhetorical devices and power relation of Hillary Clinton's and Donald Trump's statements for representing group affiliation on October 19, 2016, U.S presidential debate. Rhetorical devices become the important things to be analyzed because the rhetorical device is the foundation of democratic politics. Additionally, the power relation becomes a major point to be analyzed because it is one of the power sources used to discursively influence people's ideology. This research is descriptive research because it describes the use of rhetorical devices which represents a power relation between Clinton's and Trump's statements. It is categorized as qualitative research because the data are in the forms of words. Yet, this study uses constructivism paradigm because it constructed two theories, Jones and Peccei's theory (2004) to analyze the utterances which indicate rhetorical devices, and Van Dijk's theory (1993) to analyze the utterances which indicate power relation. The data are described in detail using Jones and Peccei's theory combine with Van Dijk's CDA approach.
The results of this study show that the use of rhetorical devices aimed to show their power relation, especially for group affiliation through the use of a pronoun. Hillary Clinton and Donald Trump used the pronoun ‘I', ‘we', ‘us' and ‘our' for positive self-presentation. The use of the pronoun ‘you' and ‘he/she' for negative other presentation. Then the use of the pronoun ‘they' not only for negative other presentation but also for positive other presentation. Moreover, discursive strategies of power relation become a significant way for Trump and Clinton to portray their power relation by strengthening and emphasizing their argument to build ideological construction. Therefore, the use of rhetorical devices and discursive strategies in the presidential debate is principally utilized to make their opponent powerless by underestimating and discriminating them in a negative out-group presentation. It is suggested for the next researchers to investigate rhetorical devices representing power relation in media discourse or other subjects. Finally, it is also suggested to conduct the research by using other theories of CDA like Fairclough and other theories because combining two or more theories will find a new finding.
INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi perangkat retoris dan hubungan kekuasaan pada argumen Hillary Clinton dan Donald Trump untk merepresentasikan afiliasi grup di debat presiden pada tanggal 19 Oktober 2016. Perangkat retoris menjadi poin penting untuk diteliti karena perangkat retoris merupakan salah satu pondasi dari sebuah demokrasi politik. Sedangkan hubungan kekuasaan menjadi hal yang signifikan untuk diteliti karena hubungan kekuasaan adalah salah satu sumber kekuatan yang digunakan untuk mempengaruhi ideologi orang lain secara diskursif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena menggambarkan penggunaan perangkat retoris yang merepresentasikan hubungan kekuasaan pada argumen Clinton dan Trump. Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif karena data dalam penelitian ini berbentuk kata atau ujaran. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme karena penelitian ini mengonstruk dua teori, yaitu teori dari Jones dan Peccei (2004) untuk menganalisis ujaran yang mengindikasikan penggunaan perangkat retoris, dan teori dari Van Dijk (1993) untuk menganalisis ujaran yang mengindikasikan hubungan kekuasaan. Keseluruhan data akan dijelaskan secara lengkap dengan mengombinasikan teori dari Jones dan Peccei, dan teori pendekatan analisa wacana kritis dari Van Djik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan perangkat retoris bertujuan untuk menunjukkan hubungan kekuasaan dari Hillary dan Trump, hususnya pada pengelompokan grup melalui penggunaan ‘pronoun’. Hillary Clinton dan Donald Trump menggunakan pronoun ‘I, we, us, dan our’ untuk menunjukkan nilai positif diri sendiri. Penggunaan pronoun ‘you, dan he/she’ untuk menunjukkan nilai negatif dari orang lain. Penggunaan pronoun ‘they’ tidak hanya untuk menunjukkan kenegatifan dari orang lain, namun juga untuk menunjukkan kepositifannya. Selebihnya, strategi diskursif dari hubungan kekuasaan merupakan cara yang signifikan bagi Trump dan Clinton untuk menggambarkan hubungan kekuasaan mereka dengan memperkuat dan menekankan argumen untuk membangun sebuah ideologi. Oleh karenanya penggunaan perangkat retoris dan strategi diskursif dari hubungan kekuasaan pada debat presiden bertujuan untuk melemahkan lawan mereka dengan meremehkan dan mendeskriminasi dengan memosisikan mereka di grup lain yang negativ. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti perangkat retoris yang merepresentasikan hubungan kekuasaan di media tulis atau subjek yang lainnya. Selain itu juga disarankan untuk menganalisis dengan menggunakan teori yang lain dari analisa wacana kritis seperti Fairclough dan yang lainnya, karena mengombinasikan dua teori yang berbeda mungkin akan membantu menemukan temuan baru.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Susilowati, Meinarni | ||||||
Contributors: |
|
||||||
Keywords: | Rhetorical Devices; Power Relation; Discursive Strategies; Presidential Debate; perangkat retoris; hubungan kekuasaan; strategi diskursif; debat presiden | ||||||
Departement: | Fakultas Humaniora > Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris | ||||||
Depositing User: | Heni Kurnia Ningsih | ||||||
Date Deposited: | 21 Feb 2019 17:09 | ||||||
Last Modified: | 21 Feb 2019 17:09 | ||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/13154 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
![]() |
View Item |