Impoliteness strategies and power performed by President Donald Trump on Twitter

مستخلص البحث

الهدف من هذا البحث يعني لتحليل استراتيجية الوقاحة من تويتر رئيس جمهرية دونال تروم. الوقاحة منظورة كاطلاع المظهر اللغوي الذي مستخدم لهدم وجه الآخر في الاتصالات عمدا. وكذلك الوقاحة منظورة من رئساء البلاد خاصة السياسيون باستخدام توتير بغير مؤدب لأن قد استخدم توتير أداة السياسية لكثير من الناس. ويجانب آخر، مستخدم توتير بغير مؤدب لظهر علاقة السلطة الذي يستخدمه كثير من الرئساء.

والبيانات المستخدمة بشكل تغريد دونال تروم عن السياسة العالمية من التاريخ 21 يناير 2017 حتى 20 مارس 2018. يوجد 20 البيانات التي تتضمن من 55 الكلمات الوقاحية لهدم البلدان الآخر. تعرض البيانات باسترتيجية الوقاحة لجولفيفير (Culpeper) (1996) المنظور بالرمز. وبجانب آخر يعمل الباحث المناقشة العميقة لاطلاع الوقاحة والسلطة بالمدخل سجولون وسجولون (Scollon & Scollon) (2001)، والمنهج الكيفي الوصفي.

وحاصل البحث يدل على أن استراتيجية الوقاحة من رئيس جمهرية دونال تروم مختلفة باستخدام الغضب والنفور لهدم البلدان الآخر. ومكامنه كالرئيس وسلطته يدعم عمل الوقاحة في الاتصالات على الإنترنيت. باستخدام الكلمات غير مؤدبة وبالحال المتعلق والأدوات اللغوي كالعلامة الترقيم والغموضة، الوقاحة منظورة في هذا البحث.

يرجو الباحث لبحث الأتي ليبحث شماليا عن استرتتيجية الوقاحة باللغة الإشارية كذلك وباستخدام نظريات بوسفيليد(Bousfield) (2007) ولوحير (Locher) (2008). ويرجى ليشتمل الدراسات بعلاقة إنشاءات الهوية والوقاحة والسلطة.

ABSTRACT

This research aims at analyzing Donal Trumps’s impoliteness strategies from his Twitter. Impoliteness has been seen as an emerging linguistics phenomenon which purposefully aimed to attack the face of another within the communication. Impoliteness is also performed by elite speakers, specifically politicians through the use of offensive Twitter tweets since this kind of social media has been used as a political tool for many people. Moreover, the use of offensive tweets on Twitter tended to demonstrate a power relation in which more powerful people tend to easily become impolite to those less powerful.

Methodologically, the researcher adopted sociolinguistics study emerged from the Scollon & Scollon (2001) perspective of impoliteness and power to design this research. The data were in the forms of Trump’s tweets about international politics collected from January 21, 2017 to March 20, 2018. There were 20 data in the form of tweets which contained 55 impolite remarks posted on his tweets to attack other countries. Further, the data were classified by using Culpeper impoliteness strategies (1996).

The results showed that President Donald Trump demonstrated the expressions of wrath and disappointment. His position as a president also contributed to the shifting power to be impolite in online public communication. With the use of offensive remarks within particular context and supported by certain linguistic features such as capitalization, punctuation mark, and the issuing ambiguity, the impoliteness is determined when someone has more power in social context.

It is recommended to investigate more comprehensively the impoliteness strategies in a sign language since it has been used massively in online communication. In addition, identity representation from impoliteness strategies would also noteworthy to advance the research in similar topics using other theories such as Bousfield (2007) and Locher (2008). The studies would significantly contribute to the expansion of impoliteness studies in linguistics fields.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi ketidaksopanan dari unggahan Twitter Presiden Donald Trump. Ketidaksopanan telah dilihat sebagai kemunculan fenomena linguistik yang sengaja digunakan untuk menyerang wajah orang lain dalam komunikasi. Ketidaksopanan juga ditunjukkan oleh pembicara elit, khususnya politisi melalui penggunaan tweet yang tidak sopan karena media sosial ini telah digunakan sebagai alat politik bagi banyak orang. Selain itu, penggunaan tweet yang tidak sopan di Twitter juga menunjukkan hubungan kekuasaan di mana orang-orang dengan kekuasaan yang lebih besar cenderung mudah menjadi tidak sopan bagi mereka yang kurang dalam kekuasaan.

Secara metodologis, peneliti menggunakan penelitian sosiolinguistik oleh deskriptif kualitatif oleh Scollon & Scollon (2001) tentang ketidaksopanan dan kekuasaan untuk mendesain penelitian ini. Data yang digunakan yaitu berupa tweet tidak sopan oleh Trump tentang politik internasional yang dikumpulkan dari tanggal 21 Januari 2017 hingga 20 Maret 2018. Terdapat 20 data dalam bentuk tweet yang berisi 55 pernyataan tidak sopan yang dipublikasikan oleh Presiden Donald Trump untuk menyerang negara-negara lain. Selanjutnya, data diklasifikasikan dengan menggunakan strategi ketidaksopanan milik Culpeper (1996) yang ditunjukkan dengan penggunaan kode.

Hasil dari penelitian ini menegaskan bahwa Presiden Donald Trump telah menunjukkan strategi ketidaksopanan yang berbeda dalam menyerang negara-negara lain sebagai ekspresi kemarahan dan kekecewaan. Selain itu, posisinya sebagai presiden juga berkontribusi pada penggunaan kekuasaan untuk menjadi tidak sopan dalam komunikasi public secara online. Dengan menggunakan komentar tidak sopan pada konteks yang terkait, dan dilengkapi dengan fitur linguistik seperti kapitalisasi, tanda baca, dan ambiguitas yang dikeluarkan, ketidaksopanan dan kekuasaan secara jelas diuraikan untuk memperkuat penelitian ini.

Untuk peneliti selanjutnya, sangat direkomendasikan untuk mencari tahu secara lebih komprehensif tentang strategi ketidaksopanan dalam bahasa isyarat menggunakan teori lain seperti Bousfield (2007) dan Locher (2008). Rekomendasi ini akan berkontribusi secara signifikan terhadap perluasan studi ketidaksopanan pada bidang linguistik