Villia, Lativa Latansa (2016) Wacana Postmodernisme dan relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Islam: Eksplorasi Diskursif Mengenai Kebebasan Akademik Dan Kesetaraan Gender di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
|
Text (Fulltext)
12770032.pdf - Accepted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (3MB) | Preview |
Abstract
ABSTRACT
Postmodernism discourse has led a particular community from any social class to express the opinion more freely. As a counter paradigm of modernism, postmodernism has tried to provide most appropriate solvency of diverse problems.
This paradigm, in fact, has spread and influenced Indonesia Islamic higher education. The higher the knowledge, the more paradigm appears, for instance postmodernism, that is eventually analyzed and developed. To enhance knowledge is an ideal condition, or even indeed necessary as a part of academic freedom and equality. Postmodernism also puts gender (equality) as its prominent issue. Besides, gender issue also becomes a booming issue in education that now leads to the existence of feminism discourse. The discussion, more exactly the debate on gender definition, role, and its implementation has never ended. Moreover, in democratic country, media has a significant role in constructing a particular issue such as postmodernism paradigm in this case.
Based on the mentioned phenomena, the present study formulates the following research questions: 1) How is postmodernism discourse pertaining to academic freedom and gender equality in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang and Muhamammadiyah Malang University? 2) How is the form of postmodernism discourse pertaining to academic freedom and gender equality in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang and Muhamammadiyah Malang University?, 3) How is the relevance of postmodernism discourse pertaining to academic freedom and gender equality to Islamic education in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang and Muhamammadiyah Malang University?
This study employs descriptive qualitative approach and is categorized as field research. Specifically, it makes use of phenomenology. It uses constant comparison or multisite design that takes place in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang and Muhamammadiyah Malang University. The data collection method is done by observation, documentation, and interview. The data are analyzed through reflective method consisted of three main activities, viz. data reduction, data display, and summarizing.
The results show 1) The lectures in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang’ lecturers, views postmodernism discourse as a new paradigm that fits to solve a particular problem. In modernism paradigm, the problem should be answered scientifically. The postmodernism has changed the focus of developing intellectual intelligence per se, to an integrated development of intellectual intelligence, emotional intelligence, and spiritual intelligence. On the other hand, Muhammadiyah Malang University’s lectures regard postmodernism as a counter paradigm of modernism. In addition, postmodernism in education is understood as constructivism that gives a wider space to the students to expose and develop their capability. The students become the subject in running the education.
Furthermore, the results also show that both universities have the value of postmodernism in their education system as an affirmative response for science betterment. 2) The form of postmodernism in both universities is meant as academic freedom. It is proven by the existence of LP2M and DP2M community. These communities propose the freedom of expression. The presence of UIN MALIKI Press and UMM Press has confirmed the position of postmodernism in both universities. They have published several books and articles in
some fields of research including gender equality. 3) The postmodernism discourse is relevance to Islamic higher education in a way that there is the need for new ways in understanding Islamic education fundamental aspects. It can be exemplified by encouraging literacy habit or writing, giving opinion, and research, that are based on Islamic spirit as a trademark of Islamic higher education. Accordingly, postmodernism discourse is also relevance with Islamic education in a way that it implies the fair treatment for men and women in terms of education and includes gender understanding in the course and research. For instance in Islamic education, the course of Islamic education approach discusses gender issue that talks much about the influencing scholars such as Amina Wadud, Fatima Mernissi, and others.
ABSTRAK
Wacana postmodernisme muncul untuk mewakili suatu pergeseran wacana diberbagai bidang. Paradigma postmodernisme menjadikan terbukanya peluang bagi berbagai kelas sosial untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas dan terbuka. Postmodernisme sebagai bentuk protes atas modernisme, berusaha melampaui bentuk-bentuk dan corak-corak yang sangat beragam untuk pemecahan masalah-masalah kehidupan.
Secara Faktual, Tentunya hal ini berdampak pula bagi dunia perguruan tinggi Islam di Indonesia saat ini, dengan tingkat keilmuan dan wawasan yang lebih tinggi maka akan semakin banyak pula konsep paradigma baru (khususnya postmodernisme) yang dianalisis dan dikembangkan dalam dunia pendidikan. Pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi merupakan bentuk ideal dari kebebasan akademik, persamaan dan persaudaraan yang ada dalam paradigma postmodernisme. Postmodernisme juga mengusung wacana gender. Seperti yang kita ketahui, gender merupakan salah satu tema besar dalam kajian dunia pendidikan saat ini yang bermula dengan munculnya paradigma feminisme. Dalam dunia
pendidikan, pembahasan mengenai definisi, peran dan fungsi serta implemetasi gender tak akan pernah surut seiring dengan perkembangan zaman dan proses demokratisasi. Proses demokratisasi inilah yang berdampak pada kuatnya media sebagai ciri yang mendefinisikan postmodern.
Rumusan masalah yang akan dipecahkan pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
wacana postmodernisme tentang konsep kebebasan akademik dan kesetaraan gender di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang? 2) Bagaimana bentuk wacana postmodernisme tentang konsep kebebasan akademik dan kesetaraan gender di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang? 3) Bagaimana relevansi wacana postmodernisme tentang konsep kebebasan akademik dan kesetaraan gender terhadap PAI di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang?
Secara metodologis, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan jenis penelitian lapangan (Field Research). Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-fenomenologis. Desain penelitian ini adalah komparasi konstan atau multisitus, dengan lokasi penelitian di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan analisis data menggunakan metode analisa reflektif. yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data yang sekaligus dengan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Wacana postmodernisme bagi dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dimaknai sebagai paradigma baru setelah era modernisme yang melampaui bentuk dan corak yang sangat beragam untuk pemecahan masalah-masalah kehidupan, tidak lagi mengandalkan penyelesaian ilmiah atau saintifik (ciri dominan di era modern). Posmodernisme dalam bidang pendidikan ditandai oleh reorientasi dari pengembangan aspek kecerdasan intelektual (IQ) kepada pengembangan yang terintegrasi antara IQ, EQ, dan SQ. Sedangkan, bagi dosen Universitas Muhammadiyah Malang dimaknai sebagai bentuk kritik terhadap modernisme (misalnya tumpuan yang terlampau
tinggi pada akal, itu yang menjadikan ruang spiritual tidak memiliki tempat yang memberikan titik lemah pada modernisme). Letak postmodernisme dalam pendidikan adalah kontruktivism, yakni memberikan ruang yang lebih luas bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya, memperlakukan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa UIN Maliki Malang dan UMM, keduanya sama- sama memiliki bentuk postmodernisme yang afirmatif (bersifat menguatkan atau mengesahkan dengan penetapan yang positif) dalam paradigma pengembangan keilmuan.; 2) Bentuk wacana postmodernisme di UIN Maliki Malang serta UMM dapat dimaknai sebagai bentuk kebebasan akademik dengan terbentuknya LP2M dan DP2M karena didasari oleh kesadaran, cita-cita dan obsesi yang sama untuk mengembangkan keilmuan. Kebebasan mengemukakan pendapat, gagasan dan pemikiran menjadi faktor banyaknya dosen yang menginspirasi dosen lain untuk berpikir besar. Ciri yang mendefinisikan postmodern adalah media sebagai dinamika sentral. Sebagai media yang berperan mempublish karya ilmiah para dosen, didirikanlah UIN Maliki Press dan UMM Press, yang didasari oleh hasil kerja kelompok-kelompok kajian yang merupakan produk penelitian dan pengembangan dalam berbagai bidang, beberapa diantaranya adalah makalah, buku ajar, dan buku umum. Inpres No. 9 tahun 2000, tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan dan Permendagri No. 67 tahun. 2011, tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender di daerah, mejadi dasar pendirian lembaga berbasis gender, PSGA yang berpusat di UIN Maliki Malang serta LP3A yang berpusat di UMM.; 3) Relevansi konsep wacana posmodernisme terhadap pendidikan Islam adalah mengarahkan perlunya cara-cara baru dalam memahami aspek- aspek fundamental dari pendidikan agama Islam. Masuknya isu-isu global atau paham-paham liberalisme dalam perguruan tinggi terkait bagaimana cara pandang kita menafsirkan teks agama. Posmodernisme dalam pendidikan agama Islam adalah dengan menerapkan konsep kebebasan akademik yakni menulis, berpendapat dan meneliti dengan berlandaskan perspektif keislaman. Karena hal tersebut merupakan wujud implementasi dan integrasi berbagai kajian keilmuan dengan pendidikan agama Islam yang menjadi semacan trademark bagi perguruan tinggi Islam. Selanjutnya, Relevansi wacana postmodernisme yang mengusung konsep gender terhadap PAI adalah dengan menerapkan kondisi adil bagi perempuan dan laki-laki untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam dunia pendidikan, dengan berusaha memasukkan nilai-nilai pemahaman gender pada beberapa mata kuliah khususnya PAI juga pada kegiatan penelitian. PAI khususnya dalam mata kuliah pendekatan studi Islam, memiliki kajian gender di dalamnya yang akan membahas mengenai berbagai macam pemikiran para tokoh, beberapa diantaranya adalah Amina Wadud, Fatima Mernissi dan masih banyak yang lainnya.
Item Type: | Thesis (Masters) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Zainuddin, M and Barizi, Ahmad | |||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Keywords: | Postmodernism; Islamic Education; Islamic Higher Education; Postmodernisme; PAI; Perguruan Tinggi Islam | |||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi magister Pendidikan Agama Islam | |||||||||
Depositing User: | Mohammad Syahriel Ar | |||||||||
Date Deposited: | 06 Jun 2018 15:18 | |||||||||
Last Modified: | 06 Jun 2018 15:18 | |||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/11654 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |