Mardiyah, Mardiyah (2010) Kepemimpinan Kiai dalam memelihara budaya organisasi: Studi Multi Kasus Pondok Modern Gontor Ponorogo, Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, dan Pesantren Tebuireng Jombang. Doctoral thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Text (Fulltext)
07730008.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (9MB) | Request a copy |
Abstract
ABSTRAK
Pondok pesantren telah dianggap sebagai model institusi pendidikan yang mempunyai keunggulan, baik dalam tradisi keilmuannya dinilai sebagai salah satu tradisi yang agung (great tradition), maupun pada sisi transmisi dan internalisasi moralitasnya. Di sisi lain pesantren juga merupakan pendidikan yang dapat memainkan peran pemberdayaan (empowerment) dan transformasi civil society secara efektif.
Kiai sebagai pimpinan pondok pesantren juga mempunyai peran penting dalam membangun budaya pesantren untuk membentuk karakter lembaga yang dapat membedakan dengan lembaga lainnya. Karena karakter lembaga sebagai identitas organisasi, dan dapat diartikan sebagai suatu substantif dari proses pembentukan keunggulan kelembagaan yang dapat diindikasikan dengan dua hal, yaitu: tumbuhnya tradisi keilmuan dan kejelasan sistem pengelolaan pendidikan pondok pesantren.
Dalam penelitian disertasi ini untuk menjawab fokus masalah (research questions) dengan menganalisis dan menemukan: 1. Bangunan budaya organisasi yang sudah dibangun kiai sebagai pimpinan pesantren. 2. Kepemimpinan kiai dalam menjaga budaya organisasi. 3. Perbedaan dan persamaan dari ketiga pesantren.
Dilihat dari segi pendekatan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan fenomologik naturalistik (phenomenological approarch) yang bermakna memahami peristiwa dalam kaitannya dengan orang dalam situasi tertentu. Proses penelitian ini menggunakan studi multi kasus (multi-case studies), penggunaan metode ini karena sebuah inquiry secara empiris yang menginvestigasi fenomena sementara dalam konteks kehidupan nyata (real life context). Paradigma naturalistik memilih pengambilan sampel secara purposive atau teoritik, yaitu tiga pondok pesantren, yaitu: PM Gontor Ponorogo, PP Lirboyo Kediri dan Pesantren Tebuireng Jombang. Pemilihan dan penentuan lokasi tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar kekhasan, keunikan, ketertarikan dan sesuai dengan topik dalam penelitian ini.
Temuan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Bangunan budaya organisasi ketiga pondok pesantren dapat dipresentasikan sebagai berikut: a. Sejarah yang panjang. rata-rata lebih dari 80 tahun, dapat disebut dengan organizational saga; b. Nilai sebagai dasar perilaku pesantren; c. Tradisi keilmuan yang tampak dalam ketiga pesantren memiliki beberapa karakteristik : a) Kompetensi keilmuan pada ketiga pesantren berbeda; PM Gontor dengan keilmuan bahasa Arab dan Inggris serta kepemimpinan; PP Lirboyo dengan ilmu alat serta kajian kitab klasik Islam, sehingga kedua pesantren tersebut kokoh dalam memelihara budaya organisasi (keeping a culture alive); sedangkan Pesantren Tebuireng pada awal berdirinya dengan keilmuan al-Qur'an dan al-Hadits, tapi pada perkembanganya melakukan ekperimentasi dan diversifikasi pendidikan, sehingga kompetensi keilmuan didasarkan pada standar progam UN; b) Sistem pendidikan pada ketiga pesantren terdapat perbedaan, yaitu: PM Gontor dan PP Lirboyo dikelola secara integral; dan secara kelembagaan tidak mengikuti program UN, Pesantren Tebuireng, sistem pendidikan dikelola secara terpisah (non-integrated) antara program pesantren dan program madrasah/sekolah. Kurikulum madrasah/sekolah mengikuti kurikulum pemerintah dan lulusan madrasah/sekolah ditentukan UN; c) Sarana Prasarana belajar lengkap dan kondusif; d) Suasana belajar dan kerja yang kondusif; e) Pengelolaan akademik yang konstruktif; f) Program pesantren rasional dan relevan; d. Tradisi pengelolaan lembaga yang tampak dalam ketiga pesantren memiliki beberapa karakteristik : a) Motivasi bermutu dan semangat kerja; b) Keterlibatan pembantu kiai dan para guru; c) Dukungan masyarakat tinggi; d) Kepemimpinan kiai yang efektif. 2. Kepemimpinan kiai dalam memelihara budaya organisasi; Beberapa upaya yang dilakukan kiai dalam memelihara organisasi sebagai berikut: a. Proses seleksi, PM Gontor dan PP Lirboyo menerapkan close of selection system untuk seleksi para pembantu kiai. Pesantren Tebuireng open of selection system, sedangkan untuk murid/santri semua menerapkan open of selection system dengan tingkat keketatan yang berbeda. Disamping itu, ketiga pesantren telah membangun sistem kaderisasi dhurriyah yang berbeda; b. Adanya proses sosialisasi; c. Tindakan manajemen puncak; Ketiga pesantren ini melakukan sejumlah penyesuaian dalam pengelolaan pesantren, dan kiai sebagai pemimpin pendidikan (educational leadership) yang transformasional dengan indikator; visioner, komunikator, motivator, inovator, dan educator. 3. Persamaan dan perbedaan dari ketiga pesantren; ketiga pesantren memiliki 11 persamaan dalam: (1) sejarah yang panjang, (2) fasilitas fisik dan peralatan pendidikan yang sangat baik, (3) berhasil dalam mengimplementasikan gagasan-gagasan inovatif, (4) program kerja yang bagus, (5) pengelolaan pembelajaran yang baik, (6) komunitas pesantren memiliki suasana belajar dan kerja yang sehat serta motivasi dan semangat kerja tinggi, (7) dukungan yang kuat dari orang tua, masyarakat dan pemerintah, (8) memanfaatkan nilai-nilai budaya lokal dan agama, (9) menerapkan otonomi dalam pengelolaan dan pengembangan program akademik, (10) melibatkan para pengasuh, para ustadz/guru dalam pengambilan keputusan dan program pesantren, (11) kiai berhasil sebagai pemimpin yang efektif. Sebaliknya, juga terdapat 13 perbedaan antara ketiga pesantren tersebut, yaitu: (1) Tipologi nilai yang mendasari pesantren, (2) konteks geografis dan budaya, (3) penerapan kedisiplinan, (4) system seleksi guru dan murid, (5) sistem kaderisasi, (6) tipologi keilmuan, (7) alur kebijakan pendidikan, (8) struktur organisasi kepemimpinan, (9) tipologi kepemimpinan, (10) tehnik, prosedur dan inovasi yang digunakan dalam program pendidikan, (11) struktur dan proses pembuatan keputusan, (12) populasi murid, dan (13) sikap terhadap kebijakan pemerintah tentang UN. Selain persamaan dan perbedaan sebagaimana penjelasan di atas, terdapat juga beberapa keunikan yang ditemukan pada ketiga pesantren, yaitu: (1) tetap eksis walau perjalanannya sudah menuju lebih dari 80 tahun, (2) nama besar para pendiri pesantren tetap menjadi ikon kebesaran pesantren, (3) berhasil menjaga masing-masing karakter pesantren, (4) mutu lulusan tetap dipercaya masyarakat, (5) berhasil mencetak tokoh agama, tokoh masyarakat, bahkan ulama (6) nama besar pesantren dikenal masyarakat baik tingkat regional, nasional maupun internasional. Sedangkan temuan teori-substantif dikembangkan menjadi dua bagian: Pertama, temuan yang menggambarkan tipologi dan peran kepemimpinan kiai yang transformasional; Kedua, temuan yang menggambarkan secara komprehensif tentang kepemimpinan kiai dalam memelihara budaya organisasi melalui transmisi geneologi keilmuan.
Rekomendasi ditujukan: 1. Para pimpinan ketiga pondok pesantren, yaitu: a. Kokoh dalam mempertahankan filosofi pesantren yang telah dibangun oleh para pendiri pesantren; b. Terus memelihara nilai-nilai pesantren sebagai dasar perilaku pesantren; c. Memelihara sistem pendidikan yang telah teruji bertahun-tahun; d. Hati-hati terhadap pengaruh eksternal yang bervisi fatamorgana; e. Kehilangan keunggulan pendidikan pesantren, menyebabkan kehilangan pengaruhnya di masyarakat; f. Romantisisme sejarah kebesaran seringkali dapat menyebabkan keterlenaan para penerus pesantren; g. Kaderisasi (keilmuan dan biologis) mutlak dilakukan dan bahkan dilembagakan. 2. Pemerintah (Kemenag RI dan Kemendiknas RI); a. Ikut menjaga eksistensinya dari kepunahan; b. Ikut memberi peluang untuk berkembangnya pondok pesantren dengan tetap memelihara keaslian pendidikannya; c. Memberikan kebijakan solutif bagi keberlangsungan eksistensinya. 3. Peneliti lanjut; dikarenakan penelitian ini mengandung sejumlah keterbatasan, maka penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terutama tentang perubahan kekinian pesantren, karena poin penting yang juga patut diteliti dalam memposisikan pesantren dengan realitas kekinian yang plural adalah tipologi masyarakat. Urgensinya terletak pada identifikasi lingkungan masyarakat yang ditempatinya serta mencermati karakteristik masyarakat tersebut. Fokus ini belum dilakukan dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Islamic Boarding (pondok pesantren) has been known as a model of education institution which has a competitiveness either in the tradition of knowledge seen as one of the great tradition or in its moral transition and transmission internalization. In the other sides, pesantren is also an education that can play the empowerment role and civil society transformation effectively.
Kiai as a leader of pondok pesantren has also an important role in developing pesantren tradition to form institution character that can differentiate with the other institution. Because institution character as organization identity can be meant as a substantial point of the institution competitiveness in forming process that indicates two points, namely: the growth of scientific tradition and the clean system of pondok pesantren education management.
This dissertation is to answer research questions by analyzing and finding: 1. The structure of culture organization developed by Kiai as leader, 2. Kiai leadership in keeping culture organization, 3. the similarity and difference of the three pesantren.
Based on qualitative paradigm, this research uses qualitative paradigm in terms of phenomenological approarch which is meaningful in comprehending event in relation to people in certain situation. The process of this research uses multi-case studies because it is as inquiry that investigates empirically the phenomena in the real life context. The naturalistic paradigm chooses a sample purposively or by theoretically, three pondok pesantren, namely: PM Gontor Ponorogo, PP Lirboyo Kediri dan Pesantren Tebuireng Jombang. The reason of choosing the setting is based on some consideration on their specialty, uniqueness, interest, and suitable with the research topic.
The finding the research is as follows: 1. the structure of culture organization for the three pesantren can be presented in the following points: a. long history, average more than 80 years can be called as organizational saga; b. value as the basis of pesantren morality, all pesantren have pesantren values/worthyness; c. scientific tradition appears in the three pesantren has some characteristics : a) knowledge competencies of the three pesantren differs; PM Gontor has a specialty of foreign language (Arabic and English) and also leadership; PP Lirboyo with its specific medium of language and classical book discussion/studies, therefore both pesantren are strong and consistent in keeping a culture alive; while Pesantren Tebuireng prior to its existence has specialty in the science of al-Qur'an dan al- Hadist, however in its development, is has done experiment and diversification of education so that scientific competency is based on the National Examination program standard; b) Education system of the three pesantren has difference, namely: PM Gontor and PP Lirboyo are governed integratedly ; and institutionally do not join National Exam program, Pesantren Tebuireng, its system of education is managed non-integratedly between pesantren program and madrasah/school progam. School/madrasah curriculum adopts government curriculum and the graduation/output is determined by National Exam.; c) learning facility is condusive; d) learning and working situation are created condusive; e) good learning management; f) program of pesantren education is rational and relevant; d). tradition of managing institution in the three pesantren has some charactersitics: a) quality motivation and working spirits; b) the involvement of staff of Kiai and teachers; c) hope and community support are high; d) effective Kiai leadership. 2. Kiai leadership in keeping culture organization; some efforts the Kiai has done in keeping pesantren as follows: a. selection process, PM Gontor and PP Lirboyo apply close of selection system to select staff of Kiai. Pesantren Tebuireng applies open of selection system, while for students/santri all apply open of selection system with different level of strictness. Besides, the three pesantren have built a system of kinship (dhurriyah) forming of cadres differently; b. there is a process of socialization; c. top management act; the three pesantren have also adapted in managing pesantren, and kiai as transformational education leadership with indicators; visioner, communicator, motivator, innovator, dan educator. 3. the similarity and difference of the three pesantren; they have 11 similarities in terms of: (1) long history, (2) excellent education facility and equipments, (3) succesful in implementing innovative ideas, (4) good working program, (5) academic management constructive, (6) pesantren community has condusive climate with motivation and high spirit of work, (7) strong support from stakeholders (parents of students), community and government support, (8) use local tradition values and religion, (9) apply autonomy in managing and developing academic program, (10) involve kiai, teachers (ustadz) in decision and pesantren program making, (11) kiai has been succesful as an effective leader. On the other hand, there are also 13 differences among the three pesantren, namely: (1) tipology of value as the basis of pesantren, (2) geographical and cultural contexts, (3) discipline implementation, (4) system of teacher and students selection, (5) forming of cadre system, (6) knowledge tipology, (7) education policy flowchart, (8) structure of leadership organization, (9) leadership typology, (10) tehnique, procedure and inovation used in the education program, (11) structure and process of decision making, (12) students population, and (13) behavior toward government policy on National exam. Beside the similarities and differences stated, there are also some uniqueness found in the three pesantren, namely: (1) still exist although they have been more than 80 years, (2) great names of founding fathers have been an icon the pesantren, (3) successful in keeping each character, (4) the outputs are believable by community, (5) succesful in creating religion leader, community figures, even moslem scholars, (6) great name of the pesantren is familiar regionally, nationally even internationally. While the finding of substantial theory is developed into two parts: firstly, finding that describes the typology and the transformational role of kiai leadership; secondly, finding that describes leadership of kiai comprehensively in keeping culture organization through science geneology transmission.
The findings above then results recommendation and it is for: 1. all the leaders of the three pesantren, namely: a. to be strong in defending pesantren philosophy that has been built by the founding fathers; b. to keep defending pesantren values as the basis of behaviorof pesantren; c. to keep the system of existing education for many years; d. to be careful toward negative external effect; e. to lose the education competitiveness of pesantren will cause to lose the influence in society; f. history romantism of the greatness can often cause the forgetfulness of the following generation of pesantren; g. to form of cadres (scientifically and biologically) is extremely necessary to do and even be formalized. 2. goverment (ministry of religion RI and ministry of education RI); a. to participate in keeping the existence of pesantren from being extinction; b. to join giving the chance of pesantren in improving itself by keeping the genuine of its education; c. to give solutive policy for the existence sustainability, 3. the following research; because of the limitation of the research, therefore it is important to study deeply in the future especially about the present change of pesantren, becouse the crucial point to study in positioning pesantren with the present plural reality is community tipology. The importance is on its identification of community by studying deeply its characteristics. This focus is not studied in this research.
Item Type: | Thesis (Doctoral) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Supervisor: | Bafadal, Ibrahim and Qomar, Mujamil and Mujab, Muhammad | ||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Keywords: | Kepemimpinan Kiai; Bangunan Budaya Organisasi; dan Memelihara Budaya Organisasi; | ||||||||||||
Departement: | Sekolah Pascasarjana > Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan Islam | ||||||||||||
Depositing User: | Mohammad Syahriel Ar | ||||||||||||
Date Deposited: | 05 Mar 2018 15:45 | ||||||||||||
Last Modified: | 05 Mar 2018 15:45 | ||||||||||||
URI: | http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprint/10106 |
Downloads
Downloads per month over past year
Actions (login required)
View Item |